TEMPO.CO, Makassar - Sekitar 200 toko di Jalan Somba Opu, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar, terpaksa tutup. Para pemilik usaha di kawasan bisnis itu memilih tidak beroperasi lantaran khawatir terjadi keributan yang berdampak pada perusakan toko. ”Kami sengaja tutup. Antisipasi kalau-kalau nanti rusuh. Kami tak mau ambil risiko,” ucap Lily, pemilik toko emas Mutiara, saat ditemui Tempo, Rabu, 12 Agustus 2015.
Kekisruhan terjadi di kawasan bisnis kuliner dan pusat oleh-oleh Makassar imbas rencana eksekusi lahan di Kelurahan Bulogading, Ujung Pandang, Makassar. Ratusan warga Kelurahan Bulogading yang menolak eksekusi memblokade jalan bahkan menyerang polisi yang berjaga mengamankan eksekusi maupun aparatur pemerintahan. Mereka menyerang secara membabi-buta menggunakan batu dan anak panah. Tak ada polisi maupun aparatur yang berani mendekat ke lokasi eksekusi yang dijaga ketat warga.
Pantauan Tempo, ratusan toko yang didominasi penjual emas itu menutup rapat pintu tokonya. Di sepanjang Jalan Somba Opu berserakan batu dan beling yang dipakai warga saat melempari petugas. Selain itu, sejumlah fasilitas umum seperti pot bunga pecah dan berserakan di jalan.
Hingga pukul 13.00 Wita, warga masih memblokade jalan. Situasi masih memanas. Warga terlihat membawa tongkat besi, kayu, dan ketapel beserta anak panahnya. Sesekali, mereka berteriak lantang menolak eksekusi lahan karena dianggapnya tidak berdasar dan tidak jelas pihak penggugatnya.
Kendati terpaksa menutup toko, Lily tidak menyalahkan aksi warga Bulogading yang terancam digusur. Ia bisa memakluminya. Toh, beberapa hari lalu dia sudah mengetahui kemungkinan kejadian ini. Dia berharap, aksi penolakan tak berlangsung lama.
Sejumlah pemilik toko emas lainnya saat dimintai tanggapannya memilih irit bicara. Pemilik toko Tretes dan Sinar Baru, misalnya, hanya mengatakan bahwa mereka sempat membuka toko pada pagi hari tapi belakangan memilih tutup lantaran melihat ada blokade jalan dan keributan.
Lurah Bulogading, Aminuddin, mengatakan orang-orang yang menyerang aparat bukan warga setempat. ”Bisa lihat sendiri, mereka memburu semua orang yang ada di lokasi. Mereka itu bukan warga saya,” ucap Aminuddin. Bahkan, menurut dia, beberapa warga Bulogading mencoba menahan mereka agar tidak berbuat anarkistis.
Aminuddin yakin serangan itu terjadi karena adanya provokator. ”Mereka orang luar yang masuk ke daerah ini,” ujar dia sembari menganjurkan para jurnalis untuk menjauh dari lokasi ekseskusi. ”Jangan sampai ada jatuh korban.”
TRI YARI KURNIAWAN