TEMPO.CO, SURABAYA -– Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional mengusung pasangan Dhimam Abror Djuraid dan Haries Purwoko dalam pemilihan wali kota Surabaya pada 9 Desember mendatang. Pencalonan keduanya ini dilakukan pada detik-detik terakhir masa perpanjangan pendaftaran. Meski begitu, Partai Demokrat menolak duet Abror-Haries dikatakan sebagai calon boneka atau buah dari barter politik.
“Ini semata-mata kami ingin bertarung. Clean, tidak ada mahar untuk proses itu,” ujar Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo di gedung DPRD Jatim, Senin 3 Agustus 2015.
Soekarwo memilih mencalonkan pasangan Abror-Haries, karena kemampuannya. Proses pemilihan berjalan cukup panjang lantaran banyak kader Demokrat yang mendaftar. Setelah itu, para pendaftar melalui proses penilaian dibandingkan dengan inkumben, Tri Rismaharini.
“Pada saat itu kami menilai kemampuan komunikasi politik Dhimam Abror kayak sampeyan-sampeyan (wartawan) ini. Kedua, pak Abror kemungkinan sudah masuk di daerah-daerah pinggiran. Saya nggak tahu persis,” ujar Pakde Karwo.
Di samping itu, kata Soekarwo, Dhimam Abror dipandang memiliki kemampuan mewujudkan aspirasi masyarakat. “Saya lihat dia punya kemampuan mengaktualisasi dari pikiran menjadi program. Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) berapa kali dia, jagoan,” katanya
Pria yang juga gubernur Jatim itu menambahkan, segala kemungkinan dalam pilkada masih bisa terjadi. Bukan mustahil jika calon yang merupakan inkumben bisa dikalahkan. “Kalau Pak Abror bisa menjual selain yang dimiliki inkumben, misalnya kelemahan inkumben, ya bisa dilakukan. Pak Abror ahli komunikasi politik, mungkin lebih unggul dari situ.”
Sore ini, pasangan eks wartawan dan ketua Pemuda Pancasila yang juga pengusaha itu bakal diarak dari masjid At Thoiriyah menuju kantor KPU Surabaya.
ARTIKA RACHMI FARMITA