TEMPO.CO, Bandung - Musim kemarau panjang yang terjadi saat ini tidak terlalu berpengaruh bagi pasokan sumber listrik yang berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di sekitar Jawa Barat. "Listrik di Jawa Barat dipasok dari sistem interkoneksi Jawa-Bali. Jadi jika PLTA terganggu pasokannya masih ada pembangkit lain yang memasok," kata Supervisor Humas PLN Distribusi Jawa Barat-Banten Agus Yuswanta saat dihubungi Tempo, Sabtu, 1 Agustus 2015.
Kekeringan yang terjadi saat ini menyebabkan beberapa waduk di daerah Jawa Barat mengalami penurunan debit air. Akibatnya, daya listrik yang dihasilkan oleh PLTA yang terpasang di beberapa waduk di Jawa Barat berkurang.
Pantauan Tempo, Waduk Cirata dan Waduk Saguling yang menjadi sumber pasokan PLTA untuk wilayah Jawa dan Bali tampak mengalami pengurangan debit air. Namun, PLN Jawa Barat mengklaim pasokan listrik di wilayah Jawa Barat terbilang aman saat musim kemarau kali ini.
Saat ini, kata Agus, beban puncak listrik di Jawa Barat sekitar 8.000 megawatt. Sementara itu daya yang mampu dihasilkan PLN Jawa Barat sekitar 12 ribu megawatt. "Pembangkit sebagian besar adalah dari PLTU, PLTA digunakan sebagai pendukung saat beban puncak," ujar Agus.
Menurut Agus, PLTA hanya digunakan sebagai pemasok listrik pendukung saat beban puncak yakni sekitar pukul 17.00 hingga 22.00. Justru, ucap Agus, ketika musim kemarau terjadi yang patut diwaspadai banyaknya layang-layang yang acap kali menghambat jaringan kabel listrik.
"Banyak warga yang bermain layang-layang di bawah jaringan lisrik. Benangnya mengenai kabel udara PLN sehingga listrik padam," ujarnya. "Jumlahnya pun cukup signifikan. Bahkan di Cimahi dan Bandung Barat menjadi salah satu penyebab utama listrik padam.”
Adapun yang menjadi terhambatnya pasokan listrik yang dihasil dari PLTA yakni terjadinya sedimentasi di daerah aliran sungai. "Banyak sampah di DAS sungai sehingga air yang digunakan untuk membangkitkan PLTA tidak optimal," ujarnya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Rifwar Kamin mengatakan musim kemarau yang menimpa sebagian besar kawasan di Indonesia saat ini masih terbilang normal jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Fenomena El Nino tahun Ini masih normal dibandingkan tahun 1997 yang sangat panas karena El Nino yang cukup kuat. Pada tahun 1997 itu, mencapai 38 derajat Celsius kepanasannya, kalo sekarang masih pada maksimum 36 derajat Celsius," katanya.
AMINUDIN