TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Thomas Djamaluddin mengatakan pada Kamis sore, posisi bulan mustahil untuk dirukyat. Dengan demikian, 1 Syawal 1436 Hijriah akan jatuh pada Sabtu, 18 Juli 2015.
"Pada 16 Juli tinggi bulan di wilayah Indonesia secara umum kurang dari tiga derajat. Secara astronomi itu mustahil bisa dirukyat," kata Thomas di Bandung, Rabu kemarin. Keadaan tersebut, menurut dia, mustahil untuk melihat hilal walaupun dengan cuaca yang sangat bagus.
Baca juga: 1 Syawal: JK Yakin Kompak Jumat, Tapi Ada Loh Lebaran Kamis
Hal ini berbeda dengan perhitungan sementara ahli dari NU dan Muhammadiyah. "Insya Allah, baik NU ataupun Muhammadiyah akan merayakan Idul Fitri 1436 Hijriah pada Jumat, 17 Juli 2015," kata KH Muhammad Thobary Syadzily Al-Bantani, Ketua Lajnah Al-Falakiyah PWNU Banten, saat dihubungi Tempo, kemarin.
Muhammadiyah yang selalu menggunakan metode hilal sudah menetapkan Idul Fitri jatuh pada 17 Juli sesuai yang diungkapkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pada Selasa lalu. Meski demikian, LAPAN akan terus mengamati bulan sabit di Pekalongan dan berkoordinasi dengan jaringan pengamat bulan sabit nasional bersama Institut Teknologi Bandung, BMKG, Kominfo, dan instansi lainnya.
Thomas berharap, meski keadaannya sulit, penetapan 1 Syawal bisa terlaksana serentak bagi seluruh umat Islam. Harapan itu terwujud dengan upaya yang intensif menyatukan kriteria. Salah satu solusi jangka pendek dari itu adalah menjadikan pemerintah sebagai otoritas tunggal. "Dengan tetap punya visi mewujudkan kalender Islam yang mapan, bisa memberi kepastian waktu ibadah dan kegiatan sosial jangka panjang," kata Thomas.
BINTORO AGUNG S. | TEROPONG SENAYAN
Baca juga:
Budi Waseso Dinilai Sudutkan Syafii, Muhammadiyah Dihina?
Ribut Polisi Vs KY, Buya Syafii: Negara Gali Kubur Sendir