TEMPO.CO , Semarang: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang mengakui hidran air di sekitar Pasar Johar tak berfungsi dengan baik saat terjadi kebakaran pada Sabtu 9 Mei 2015. Terdapat tiga hidran di lokasi titik api, namun air yang dikeluarkan tak mampu menyuplai kebutuhan pemadaman secara maksimal.
“Antara air yang disuplai ke bak mobil dengan yang dikeluarkan tak imbang. Sehingga sulit untuk memadamkan api,” kata Kepala Seksi Operasional, Dinas Kebakaran Kota Semarang, Supriyanto, Selasa 12 Mei 2015.
Supriyanto menjelaskan, air yang dibuka dari hidran hanya berkekuatan 2 Bar sedangkan air yang dikeluarkan dari mobil kebakaran di atas 4 bar. Akibatnya, air tak mampu keluar deras.
Menurut Supriyanto, terdapat tiga hidran di dekat titik api Pasar Johar. Masing-masing di arah masuk Kanjengan, Jalan Agus Salim, dan Jaik permai. Supriyanto mengakui ada satu lagi hidran di sekitar Kauman, namun karena jauh dari titik api, pemadam kebakaran tak menggunakan hidran itu.
Kendati demikian, Supriyanto mengatakan kondisi hidran itu bukan penyebab utama keterlambatan pemadaman api yang membakar Pasar Johar. “Kami sudah pakai dua hidran di jalan Agus Salim dan Jaik Permai,” kata Supriyanto.
Pemadam kebakaran dibantu suplai air dari perusahaan daerah air minum setempat dan Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Jawa Tengah. Selain itu pemadam kebakaran juga memanfaatkan air sungai Semarang tak jauh dari lokasi Pasar Johar untuk memadamkan.
Humas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang, Joko Purwanto mengakui tekanan air di sejumlah hidran yang ada kurang baik. Hal ini tergantung wilayah tempat hidran itu berada. “Ini pengaruh tekanan air akibat wilayah ada yang jauh,” kata Joko.
Rata-rata hidran yang tekanan airnya deras berada di wilayah Semarang Selatan dekat dengan penyimpanan air. Sedangkan di wilayah utara seperti Pasar Johar diakui tekanan rendah. “Tapi di wilayah Johar tetap ada airnya. Pemadam kebakaran sudah izin mengunakan hidran untuk pemadaman,” kata Joko.
EDI FAISOL