Pentingnya menjaga mangrove dan terumbu karang baru muncul belakangan. Sebelumnya, warga menebangi batang mangrove untuk kayu bakar dan lahan industri garam. Alhasil di beberapa tempat terjadi abrasi. Kemudian seorang turis asal Prancis mengajak warga mengembangkan wisata mangrove. Warga lantas menanam bakau pada lahan kosong dan membentuk Mangrove Tour. Mereka juga membuat aturan tertulis desa yang disebut awig-awig. Aturan ini berisi larangan memotong pohon mangrove, apalagi merusaknya.
Makin banyaknya turis yang datang ke Nusa Lembongan, menambah pemasukan bagi kas masyarakat. Tahun lalu, pendapatan asli daerah sebesar Rp 1 miliar, hanya dari pungutan terhadap wisatawan yang datang. Banyak studi menunjukkan arti penting mangrove. Bukan hanya berperan dalam adaptasi perubahan iklim, hutan bakau juga sangat bermanfaat dalam mitigasi perubahan iklim.
Tanaman ini memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. "Kepadatan karbon hutan mangrove lebih tinggi empat kali daripada hutan tropis umumnya," kesimpulan penelitian yang dilakukan Cifor dan USDA Forest Services (Departemen Pertanian Amerika Serikat Bidang Kehutanan). Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam Nature GeoScience edisi 3 April 2011.
Sebagian besar karbon disimpan di bawah hutan mangrove daripada di atas permukaan tanah dan air. Jumlah karbon yang tersimpan di atas tanah sebanyak 100-120 ton per hektare. Sementara yang di bawah tanah bisa 1.200-1.300 ton setiap hektare. "Itu untuk semua jenis mangrove," kata Daniel Murdiyarso, peneliti Cifor.
Cecep Kusmana, ahli mangrove dari Institut Pertanian Bogor, pernah melakukan riset di Muara Angke pada tahun 2008 hingga 2010.”Ternyata mangrove usia 2 tahun berhasil menyerap 230 gram karbon dioksida per 100 gram daun," katanya. Sedangkan satu pohon mangrove tersebut berat total daunnya sampai 1,5 kilogram.
Daniel Murdiyarso dan teman-temannya juga menghitung bahwa perusakan dan degradasi ekosistem mangrove diperkirakan menghasilkan hingga 10 persen dari emisi deforestasi global. Sebab, yang hilang bukan hanya karbon di atas permukaan mangrove, tapi juga di bagian bawahnya. Di Indonesia, saat ini ada 3,1 juta hektare mangrove atau 22,6 persen di dunia. Hutan ini terancam rusak jika tidak ada upaya melindunginya.