TEMPO.CO , SURABAYA:-Sasa, 33 tahun lahap mengunyah irisan melon, Selasa 28 April 2015. Potongan melon itu dipegangnya dengan tangan kiri. Tangan kanannya terkulai lemas di samping tubuhnya. Dia hanya duduk, tanpa banyak bergerak. Sesekali Sasa meraung sembari tetap mengunyah melon dengan perlahan. Usai menghabiskan sepotong melon, tangan kiri Sasa berpegangan pagar kandangnya. Sehari-hari, kandang berukuran sekitar 2x3 meter itulah menjadi rumah Sasa di Kebun Binatang Surabaya. Semenjak sakit, ia lebih banyak duduk dan berbaring.
Sasa adalah simpanse hasil pemberian dari Singapore Zoo. Simpanse itu baru saja terserang stroke. Diduga, penyakit ini menyerang Sasa lantaran gejalanya memang mirip. Keeper Sasa, Lasjiono mengatakan pada 21 Februari 2015 lalu, ia menemukan Sasa tiba-tiba tidak bisa bangun. "Tubuhnya sempoyongan, tangan sama kakinya lemas," kata Lasjiono yang merawat Sasa sejak 6 tahun lalu di Kebun Binatang Surabaya.
Baca Juga:
Saat itu, Sasa masih mau makan. Simpanse betina itu kemudian ditangani tim kesehatan Kebun Binatang Surabaya. Ia diberi obat dengan disuntuk. Untuk mempermudah dia mengunyah, Sasa juga diberi jus buah. Dengan sabar, Lasjiono memeluk Sasa dan memberinya obat dan suntik.
Awal April, Sasa mendadak drop. Rupanya dia sedang haid. Ini menjadi kondisi terparah Sasa. Bahkan, tubuh bagian kanannya lumpuh. Mulutnya pun tak bisa terbuka. Layaknya manusia stroke, Sasa juga mengalami perot di wajahnya.
Untuk membantunya agar tetap mendapat asupan makanan, tim kesehatan memberinya jus buah. Dalam keadaan sehat, Sasa biasaya hanya memakan 3 jenis buah, yaitu pisang, pepaya dan salak. Tapi setelah sakit, tim kesehatan lebih banyak memberi Sasa variasi buah. Mulai melon, pir, jeruk, apel dan pisang hijau. "Mintanya yang enak-enak," ujar Lasjiono.
Buah-buah itu dihaluskan agar Sasa lebih mudah mengunyahnya. Setelah sakit, Sasa juga lebih peka dan manja. Mungkin karena kesakitan, Sasa selalu menolak disuntik. Setiap kali melihat dokter yang menyuntikanya, Sasa langsung memberontak dan mengejar sang dokter.
Lasjiono yang berperan menenangkan Sasa. Ia memperlakukan Sasa seperti seorang isteri. Bicaranya yang lembut membuat Sasa merasa nyaman.
Pelaksana Tugas Direktur Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya Aschta Nita Boestani Tajudin mengatakan pihaknya masih ingin memperjuangkan Sasa agar bisa pulih, kendati tidak senormal sedia kala. "Kami akan rawat sampai akhir, apapun kondisinya," ujarnya.
Meski belum bisa memastikan bahwa penyakit Sasa memang stroke, tapi pihak Kebun Binatang Surabaya akan berupaya untuk mengobati simpanse tersebut. Tim baik keeper maupun kesehatan, menurut Aschta, terus memberikan perlakuan ekstra kepada Sasa. Apalagi Kebun Binatang Surabaya saat ini hanya mempunyai 2 ekor simpanse, Sasa yang betina dan Idi pejantan usia 27 tahun.
AGITA SUKMA LISTYANTI