TEMPO.CO , Jakarta:Banyak warga Papua Barat belum memiliki akses untuk mengenyam pendidikan dasar yang memadai. Akibatnya, kebanyakan anak-anak Papua tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung, termasuk karena kurangnya bahan bacaan.
"Program-program besar pemerintah akan masuk Papua, tapi orang Papua ada di mana? Kami ingin model-model pendidikan juga disiapkan untuk anak-anak Papua agar jangan ada kesenjangan," kata Bupati Sorong Selatan, Papua Barat, Otto Ihalauw.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah itu, Universitas Katolik Atma Jaya menerbitkan buku cerita rakyat lokal tentang Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. Buku berbentuk cerita bergambar dan komik tersebut dibuat oleh mahasiswa lulusan Program Pendidikan Jarak Jauh S1, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Pendidikan dan Bahasa Universitas Atma Jaya, beserta tim dosen.
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan mengatakan pendidikan adalah sebuah proses interaksi antarmanusia. Kuncinya, kata dia, adalah bagaimana meningkatkan kualitas interaksi tersebut.
"Tapi kita terlaku fokus pada infrastruktur interaksi, bukan pada pelaku interaksi yaitu pendidik dan peserta didik," kata Anies dalam kata sambutannya saat menghadiri peluncuran buku cerita rakyat Sorong Selatan, di Universitas Atma Jaya, Jakarta, 28 April 2015.
Menurut dia, pemerintah telah memiliki beberapa strategi untuk meningkatkan kualitas para pendidik, mutu, dan akses pada pendidikan. Untuk mencapai itu diperlukan perbaikan tata kelola pendidikan dan pelibatan publik sebagai suatu gerakan bersama.
"Semua itu harus dipandang sebagai gerakan agar seluruh pihak merasa bertanggung jawab menyelesaikan masalah pendidikan," ujarnya
Koordinator Proyek Buku Cerita Bergambar dan Komik Cerita Rakyat Sorong Selatan, Luciana mengatakan, bahan pembuatan buku itu didapat dengan pengumpulan informasi secara lisan dari tetua kampung atau kepala adat. Kemudian, tim dosen mengembangkan buku cerita rakyat tersebut dalam bentuk cerita bergambar dan komik. Tujuannya, lanjut Luciana, agar dapat membantu siswa kelas rendah belajar membaca.
"Kami berharap buku yang kami persembahkan ubtuk pendidikan di tanah Indonesia Timur, khususnya Sorong Selatan, dapat menjadi secercah harapan untuk membangun literasi siswa SD di Papua Barat," kata dia.
FRANSISCO ROSARIANS