TEMPO.CO, Malang -Sebanyak 257 warga Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, dipulangkan secara bertahap ke kampung halamannya oleh aparat Kepolisian Resor Malang, Jawa Timur.
Pemulangan yang dilakukan sejak Senin petang, 16 Maret 2015, dilakukan setelah mereka tinggal di beberapa hotel di wilayah kabupaten dan kota Malang sejak akhir tahun lalu. Keberadaan mereka di Malang untuk menunggu giliran berangkat umroh gratis yang digagas Agus Santoso, warga Desa Kebonsari, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang.
"Sekarang kami sedang mendalami latar belakang Saudara Agus Santoso dan Ningsih yang jadi koordinator program umroh gratis itu. Ia sudah kami amankan," kata Kepala Komisaris Decy Hermansyah, Kepala Kepolisian Sektor Kota Singosari, Selasa, 17 Maret 2015.
Menurut bekas Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Malang itu, warga Mesuji datang ke Malang setelah direkrut oleh Ningsih, warga Kremil Surabaya. Mereka sempat menginap di sebuah hotel di Surabaya.
Di Malang mereka diserahkan ke Agus Santoso. Mereka sempat ditempatkan di dua hotel murah. Pertama, Hotel Serayu yang beralamat di Jalan Serayu Selatan 3A, Kecamatan Belimbing, Kota Malang. Hotel ini dipakai sejak November 2014 sampai 1 Maret 2015.
Kegiatan di Hotel Serayu dianggap meresahkan warga setempat. Apalagi warga melapor ke pengurus rukun tetangga dan rukun warga, serta ke kantor kelurahan. Alhasil, warga dipindahkan ke hotel kedua, yakni Hotel Grace atau Hotel Antariksa. Hotel ini berlokasi di Jalan Perusahaan 53, Karanglo, Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari. Warga diinapkan selama 1-16 Maret 2015.
Kedua hotel difungsikan oleh penggagas kegiatan sebagai tempat menginap atau penampungan, rekrutmen, dan juga pelatihan. Warga Mesuji mendapat sejumlah materi pelatihan sebagai bekal untuk umroh, antara lain latihan penguatan mental dan kemandirian. Pelatihan berlangsung tertutup di dalam hotel.
Mereka dipindahkan lagi setelah Hotel Antariksa didatangi polisi dan wartawan. Kabar terakhirnya mereka dipindahkan ke Wisma Kalindra di kawasan obyek wisata Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu.
"Informasinya kami terima dari salah seorang warga Mesuji yang merasa tertipu. Merasa tertipu karena katanya umrahnya gratis, tapi mereka tetap dipungut sejumlah uang untuk proses administrasi. Apalagi jadwal berangkatnya juga enggak jelas," kata Decky.
Decky mengaku kesulitan mengumpulkan informasi dari ratusan warga Mesuji yang diduga telah jadi korban penipuan tersebut. Kebanyakan warga menghindar dan menolak saat diminta keterangan. Polisi pun belum bisa mengungkap metode perekrutan yang dilakukan Agus dan Ningsih saat berada di Lampung dan Jawa Tengah, sebelum ratusan warga dibawa ke Surabaya dan Malang.
Namun, segelintir warga mengaku memberikan uang antara Rp 1,5 juta sampai Rp 6 juta. Agus Santoso menyangkal. Ia mengaku hanya mengutip biaya administrasi rata-rata Rp 150 ribu per orang.
Kepolisian Resor Mesuji mengontak Kepolisian Resor Malang untuk berkoordinasi mengenai pemulangan warga pada Senin kemarin. Kerabat mereka di Lampung sangat cemas karena sudah sangat lama mereka tidak tahu keberadaan mereka.
"Bahkan kerabat mereka di Mesuji sangat khawatir warga-warga itu akan direkrut untuk bergabung dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), apalagi kemarin ada 16 warga yang dikabarkan hilang di Turki," ujar Decky.
Pemulangan sudah dilakukan sejak kemarin dengan bus. Warga sepakat menunggu giliran berumrah di Mesuji saja bila kegiatan umrah gratis itu memang ada.
ABDI PURMONO