TEMPO.CO , Malang : Lolosnya bondet (bom ikan) yang dibawa Rustawi Tomo Kabul, jemaah umrah asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, membuat Komandan TNI Resor Militer 083/Baladhika Jaya Kolonel Totok Imam Santoso sangat heran.
Totok mempertanyakan keamanan Bandar Udara Internasional Juanda di Sidoarjo, titik pertama pemeriksaan bawaan penumpang pesawat yang seharusnya terpindai mesin sinar-x dan juga pemeriksaan ketat secara manual oleh petugas darat bandar udara tersebut.
Rustawi ditangkap kepolisian Brunei Darussalam saat transit di Bandar Udara Internasional Seri Begawan, Sabtu pekan lalu. Pria 63 tahun itu berangkat umrah bersama 62 jamaah lainnya dengan terbang bersama pesawat milik maskapai Royal Brunei dari Bandar Udara Internasional Juanda. Dalam barang bawaannya ternyata terdapat bondet dan beberapa benda terlarang lain.
"Kami ke sini hanya membantu mencari keterangan. Dari keterangan seorang putrinya (Widiani), Rustawi termasuk bapak yang baik, tak ada hal-hal aneh pada diri bapaknya," kata Imam seusai bertemu 30 menit dengan Widiani di rumah Rustawi di Jalan Kelud, RT 03 RW 01, Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jumat, 8 Mei 2015.
Dari keterangan Widiani diketahui hubungan Rustawi sempat memburuk dengan putranya, Sutrisno alias Cipeng, 31 tahun. Cipeng sempat menjumpai Rustawi dan ibunya, Pantes Sastro Prajitno, sebelum orangtuanya berangkat umrah. Tapi, setelah Rustawi ditangkap, Cipeng menghilang.
Totok tak mau menyimpulkan apakah bahan peledak dan amunisi sengaja dimasukkan Rustawi atau Cipeng atau pihak lain. "Dalam hal ini saya juga heran kenapa barang (bom) itu bisa lolos dari bandara kita. Seharusnya pemeriksaannya sangat ketat. Padahal di luar negeri itu tak mungkin lolos," kata Totok.
Cipeng kini sedang dicari aparat kepolisian karena, berdasarkan pengakuan Rustawi di Brunei, semua benda berbahaya itu dimasukkan oleh anaknya tersebut.
ABDI PURMONO