TEMPO.CO, Jakarta - Sistem navigasi Air Traffic Control (ATC) di Indonesia dinilai jauh tertinggal oleh sistem negara lain. Sistem navigasi Indonesia belum bisa memandu lalu lintas penerbangan berdasarkan kondisi cuaca. “Radar ATC di Indonesia belum canggih,” kata mantan pilot, Iwan Hernawan Suryadi Kusuma, ketika dihubungi, Kamis, 1 Januari 2015. (Baca: Evakuasi Air Asia, TNI AU Punya Senjata Rahasia)
Menurut Iwan, kondisi ATC di Indonesia jauh tertinggal jauh tertinggal jika dibandingkan dengan ATC di Singapura atau Hong Kong. Radar ATC Singapura dan Hong Kong memiliki fitur yang bisa menjelaskan obyek tak bergerak, seperti awan kumulonimbus. “Jadi, mereka bisa mengarahkan pilot untuk menghindari awan yang membahayakan,” kata Iwan. (Baca: Kisah Mengharukan Putra Pilot Air Asia)
Namun manajemen ATC, kata Iwan, tidak berkepentingan terhadap cuaca. Sebab, informasi mengenai cuaca telah diketahui setiap pilot berdasarkan laporan yang disampaikan petugas operasional penerbangan di maskapai masing-masing. “Jadi, kalau sudah di udara, tanggung jawabnya ada pada pilot,” katanya. (Baca: Jasad Pramugari Air Asia Tiba di Pelabuhan Kumai)
Saat berhadapan dengan awan kumulonimbus, misalnya, seorang pilot akan berusaha menghindari bagian awan yang paling berbahaya. Sebab, yang ia hadapi pada saat itu adalah bongkahan es yang cukup tebal. “Tidak ada teknik yang pasti. Semua tergantung perhitungan pilot saat di udara,” katanya.
RIKY FERDIANTO
Baca berita lainnya:
Ini Pesan Terakhir Teknisi Air Asia di Blackberry
Ahok Promosikan Penemu Puing Air Asia, Siapa Dia?
Tayangan Air Asia, KPI Sentil Tiga Stasiun TV
Fakta tentang 15 Korban Air Asia QZ8501
Pilot Air Asia QZ7510 Terendus Pakai Narkoba