Ahmad lalu beralih menanam kemar dengan ongkos perawatan yang lebih murah daripada kentang sehingga lebih menguntungkan. Sejak dua tahun lalu, ia menanam kemar yang kini banyak ditanam penduduk Dieng.
Kemar di lahan yang ia garap akan panen buah setelah berumur 18 bulan. Setelah panen pertama, kemar terus berbuah dan tiap pekan bisa dipanen. Di lahan itu Ahmad belum total mengganti tanaman kentang ke kemar.
Ahmad menggunakan pupuk dari kotoran kambing untuk buah kemar. Sepuluh batang kemar mampu menghasilkan 10 kilogram setiap satu kali panen. Harga buah berasa asam ini per kilogram Rp12.000.
Penebas kemar biasanya mampir di lahan yang Ahmad garap untuk membelinya. Mereka lalu menjualnya ke sejumlah kelompok pengelola industri rumahan di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Kemar diolah menjadi sirup, manisan, dan dodol.
Harga kemar yang menjanjikan dan ramah lingkungan membuat Ahmad tertarik untuk terus menanamnya. Tanaman berbatang keras itu mampu menguatkan tebing. Akar tanaman kemar membuat tebing kokoh sehingga bisa menahan erosi ketika hujan turun.