Ahmad menyatakan kentang sebagai tanaman semusim tak ramah lingkungan karena mempercepat laju erosi. Menanam kentang perlu menggemburkan tanah sehingga mempermudah laju erosi. Petani rata-rata memanen kentang berumur tiga hingga enam bulan.
Memanen kentang harus mencabut akarnya sehingga mengoyak tanah. Jika hujan turun, maka mudah terjadi erosi. Sayuran ini kini juga sudah tak mengalami masa kejayaan seperti pada 1980-1990-an. Kala itu, biaya produksi penanaman kentang masih murah. Sekarang, kondisinya jauh berbeda.
Biaya produksi tanaman kentang lebih mahal dan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan petani. Pada 1990-an harga kentang seharga Rp 350 per kilogram jauh lebih menguntungkan ketimbang harga sekarang pada kisaran Rp7.000 - Rp8.000 per kilogram.
Pada tahun 1990-an, petani yang menanam satu kuintal bibit bisa memanen satu setengah hingga dua ton kentang. Sedangkan, sekarang satu kuintal bibit hanya menghasilkan panenan enam hingga delapan kuintal kentang.
Biaya produksi menanam kentang saat ini 70 persen lebih mahal ketimbang biaya produksi pada 1990-an. “Kentang perlu obat dan pupuk yang mahal harganya. Tak sebanding dengan keuntungan,” kata dia.