TEMPO.CO, Jakarta - Akun Twitter yang disebut milik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta pemerintah mengingatkan organisasi massa Front Pembela Islam (FPI) agar berhenti menimbulkan keresahan.
Menurut Megawati, meski berorganisasi adalah hak asasi yang dijamin, namun tetap saja kebebasan itu memiliki aturan.
"Agar tetap menjaga ketertiban umum," cuit Megawati dalam akunnya, @MegawatiSSP, pada Senin malam, 13 Oktober 2014. Katanya, rasa aman merupakan hak warga, "dan kewajiban negara untuk menjaganya." (Baca: Ini Rekam Jejak Perilaku FPI)
Anggota PDI Perjuangan, Sudyatmiko, menyebut akun tersebut milik Megawati.
Cuitan ini justru menimbulkan tanggapan beragam. Misalnya, Mega justru ditanya balik ihwal penggerudukan kantor TV One saat kampanye pemilihan presiden lalu.
@sonninatakusuma menanyakan apakah pendudukan kader partai banteng itu termasuk kebebasan tim sukses atau keblablasan organisasi. Mega menjawab singkat, "Bedakan akar masalahnya, Nak".
"Serangan" berikutnya datang dari @Adrian_Apt. Akun ini mempermasalakan adanya ancaman "people power" lantaran peran legislatif terlalu kuat. "Itu meresahkan juga lho, Mbak Mega," cuit dia. Mega pun membalas, "Tidak ada yang mengancam, kecuali yang merasa terancam." (Baca: FPI Bakal Jenguk Novel di Penjara)
Kemudian @kangjupri mengingatkan bentrok antara massa PDI Perjuangan dan warga D.I. Yogyakarta saat kampanye lalu. "PDI Perjuangan harus bubar juga?" kata dia. Mega menyatakan kalau aksi bentrok itu bukanlah terorganisasi dari pusat. "Bedakan buah mangga dengan buah maja."
Jumat lalu, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan terdapat salah satu petugas kepolisian yang terkena sabetan senjata tajam saat demo Front Pembela Islam di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta untuk menolak Basuki Tjahja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Brigadir Wanda Brianzabata, anggota Direktorat Reserse Kriminal Umum, luka pada tangan kanan dan kiri akibat sabetan samurai," ujarnya.
Seorang jurnalis wanita Tempo yang sedang meliput aksi demonstrasi beberapa organisasi masyarakat untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta juga mendapat getah. Jurnalis ini menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang demonstran yang diduga anggota Front Pembela Islam. (Baca: Ormas Anarkistis, Jokowi: Gebuk Saja)
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Catatan: Berita ini sebelumnya berjudul "Komentari FPI, Megawati Ditanya Balik".
Baca juga:
Rabu,Polisi Gelar Perkara Lamborghini Hotman Paris
Berkas Novel FPI Siap Dilimpahkan ke Kejaksaan
Pergerakan IHSG Diperkirakan Tertahan
Sopir Bus Maut Harapan Jaya Melarikan Diri