TEMPO.CO, Malang - Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Hasyim Muzadi mengatakan gerakan pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syriah/ISIS) tumbuh di Indonesia karena banyak kelompok seide yang telah lama berdiri. Seperti paham gerakan khilafah yang didengungkan Hisbut Tahrir Indonesia dan Ikhwanul Muslimin.
"Pemerintah terlalu longgar dan pengawasannya lemah," kata Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Hasyim Muzadi dalam acara halalbihalal dan mau'idah hasanah "Membentengi Nahdliyin dari Gerakan Islam Radikal dan Gerakan Transnasional" di Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang, Ahad, 10 Agustus 2014. Gerakan pendukung ISIS berbahaya karena tak mengakui kedaulatan sebuah negara. "ISIS muncul karena ada kelompok dengan pemikiran yang seide membentuk khilafah."
Hasyim menjelaskan kelompok tersebut merakit kekuatan dengan gerakan massa dan teror. Jika dibiarkan, kata dia, akan mengakibatkan pergolakan. Gerakan mereka merupakan gerakan transnasional yang menggejala di seluruh dunia. Untuk menangkalnya, dibutuhkan kerja sama antara Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Agama, dan Kementerian Luar Negeri. Sedangkan selama ini lembaga negara cenderung bergerak sendiri tanpa koordinasi yang jelas. Selain itu, lembaga negara harus bergerak ekstra keras. (Lebih detail soal ISIS klik di sini)
BIN, misalnya, tak hanya melakukan usaha pengawasan dengan pola kerja intelijen, tapi juga harus memotret dan memahami ideologi dan pola pikir mereka. Dengan demikian, bisa dilakukan upaya pencegahan agar ideologi tersebut tak mempengaruhi umat Islam yang lain. (Baca: Cara ISIS Menyebarkan Ideologinya di Masjid)
Hasyim menambahkan, sementara Kementerian Luar Negeri harus proaktif mengawasi setiap warga negara yang belajar ke luar negeri, baik ke Timur Tengah, Eropa, maupun Amerika. Tujuannya agar mereka tak membawa ideologi yang bertentangan dengan NKRI. Selain itu, Kementerian Luar Negeri harus melakukan diplomasi untuk turut mencegah konflik di Timur Tengah. "Kondisi sekarang diplomasi mandek," katanya. (Baca: Tiga Cara Antisipasi Penyebaran ISIS)
Hasyim berharap agar gerakan Islam radikal dikendalikan supaya tak berkembang terlalu jauh. Selanjutnya, kata Hasyim, Kementerian Agama harus membangun Islam yang moderat serta mencegah gerakan dan jaringan Islam radikal. (Baca: Khotbah Jumat Pro-ISIS, Turunkan Khatib dari Mimbar)
Hasyim yang juga menjabat Sekretaris Jenderal International Conference for Islamic (ICIS) ini menyatakan semua pihak harus menangkal gerakan dukungan kepada ISIS. Caranya dengan memperkuat jamaiyah di tataran masyarakat bawah. Namun mereka tak perlu dimusuhi, melainkan harus dijauhi. Sebab, jika terjadi bentrok, mereka akan membawa teman dari negara lain untuk membuat konflik di Indonesia. (Baca: Tiga Cara Antisipasi Penyebaran ISIS)
EKO WIDIANTO
Berita Lainnya:
Ketua DPP Golkar: Partai Sedang Tebelenggu
Pelaku Mutilasi Bocah Berusia Muda
E-Ticket Transjakarta Bisa Buat Belanja