TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Banten, menargetkan angka kelulusan Ujian Nasional (UN) seluruh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat di Kota Cilegon 100 persen pada 2014. "Kami yakin tahun ini tingkat kelulusannya mencapai 100 persen," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Muhtar Gozali, Kamis, 10 April 2014.
Menurut dia, rasa optimis itu didasarkan pada hasil beberapa uji coba UN atau try out yang mendapatkan hasil cukup baik. Tingkat kelulusan Kota Cilegon memang masih kalah dengan dua daerah di Banten, yakni Kota Tangerang dan Kota Serang. "Tingkat kelulusan kita pun hampir mengungguli karena sudah mencapai 99 persen," katanya.
Sebanyak 6.387 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat di Kota Cilegon akan mengikuti Ujian Nasional (UN) yang dilaksanakan 14 April mendatang. Rinciannya, peserta terdiri atas SMA sebanyak 2.239 siswa, Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 1.383 siswa dan SMK 2.765 siswa. UN tersebut akan dilaksanakan di 19 SMA, 23 MA dan 16 SMK. "Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Cilegon menjamin tidak akan ada kebocoran soal," kata Muhtar.
Sebelumnya, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Profesor Sholeh Hidayat mengatakan seluruh kepala dinas pendidikan di kabupaten/kota se-Provinsi Banten diduga mendapat tekanan dari kepala daerah untuk meluluskan siswanya sesuai target kelulusan dalam Ujian Nasional (UN). Tekanan tersebut diduga menjadi salah satu pemicu terjadinya kebocoran soal dalam UN.
Menurut Sholeh Hidayat, dalam setiap pelaksanaan UN selalu terdapat target kelulusan yang direncanakan oleh pemerintah. Dengan demikian, hal itu menjadi taruhan bagi daerah. "Maka berbagai cara dilakukan oleh pejabat terkait, bahkan hingga kepala sekolah untuk mengejar target yang sudah ditentukan tersebut," ujar Sholeh.
Pelaksanaan UN bahkan menjadi hal membingungkan bagi para pejabat di Dinas. Karena jika target yang ditentukan daerah tidak tercapai, maka ancaman mutasi hingga non-job dari kepala dinas bisa terjadi. "Kepala Dinas Pendidikan takut jumlah kelulusan rendah. Secara kasat mata dan dari laporan saya terima konon terjadi seperti itu. Ini sudah tidak sehat. Jangan UN dibawa-bawa ke politik," katanya.
Menurut Sholeh Hidayat, pihak perguruan tinggi kembali dilibatkan dalam mengawasi UN tahun 2014 ini. Sedikitnya 1600 dosen terlibat mengawasi. "Pengawasan juga harus dilakukan oleh masyarakat. Temuan terjadinya kecurangan akan kami sampaikan kepada pemerintah pusat," ujarnya.
WASI'UL ULUM