TEMPO.CO, Kediri - Banyaknya korban tewas dan luka akibat membersihkan pasir letusan Gunung Kelud dari atap rumah memicu munculnya tenaga penyapu partikelir. Dengan tarif yang cukup mahal, mereka menawarkan pembersihan rumah kepada warga.
Munculnya penyapu partikelir ini cukup meringankan beban warga Kediri. Mereka tak perlu lagi berjibaku naik ke atap dengan taruhan nyawa. "Takut jatuh," kata Benny Wahyudi, warga Kelurahan Bandar, Kediri, Kamis, 20 Februari 2014. (Baca juga: Status Kelud Dievaluasi Hari Ini)
Para penyapu ini biasanya mendatangi rumah-rumah penduduk dan menawarkan jasa kebersihan. Sasaran utamanya adalah rumah yang dihuni perempuan atau lansia. Sebab, mereka dinilai tak mampu membersihkan atap yang dipenuhi pasir.
Para pemilik rumah yang hendak menggunakan jasa mereka harus pandai bernegosiasi. Sebab, penyapu partikelir ini tak segan mematok tarif tinggi. "Mulai Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta per rumah, tergantung berapa lantai dan luas," kata Asmiati, 67 tahun, warga Kelurahan Sukorame, Kota Kediri.
Penyapu partikelir ini bisa jadi memang memanfaatkan situasi. Bermodal cangkul, sekop, dan sapu, mereka menurunkan pasir dari atap untuk dikumpulkan di bawah.
Menurut Bandi, salah satu penyapu partikelir asal Kelurahan Bujel, Kota Kediri, dalam sehari dia bisa membersihkan satu rumah berukuran kecil. "Paling sedikit bisa membawa pulang Rp 200 ribu per hari," katanya.
Banyaknya korban tewas dan luka akibat membersihkan atap, menurut Bandi, sedikit-banyak mempermudah dia dalam membuka pasarnya. Warga yang tak ingin celaka memilih merogoh kocek dengan menyewa jasa mereka.
Adapun puluhan anggota Brigade Infanteri 16 Kediri membersihkan jalanan sedari pagi. Mereka mengeruk pasir yang mulai menempel pada aspal karena diguyur hujan terus-menerus. Sedangkan komunitas penggemar mobil Jeep tampak menyingkirkan debu pada malam hari.
HARI TRI WASONO
Berita lain:
Geram Ahok Soal Busway: Bus Rp 1 M Ditulis Rp 3 M
Jika di Surabaya, Mega Suka Ditraktir Risma
Bagaimana Metafisika Hitung Kemenangan Timnas U-19
Jokowi Mengaku Telepon Risma: Beliau Tak Mundur
Abraham Samad: KPK Akan Berlari meski dengan Satu Kaki