TEMPO.CO, Surakarta - Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo mencabut status tanggap bencana di daerah ini akibat dampak abu vulkanik Gunung Kelud. Status tersebut dicabut lantaran abu vulkanik yang menyelimuti kota itu sudah berangsur hilang.
Menurut Rudyatmo, penetapan status itu dipicu oleh pekatnya abu yang jatuh di Surakarta. "Kondisinya cukup membahayakan, baik untuk kesehatan maupun keselamatan warga," katanya, Rabu, 19 Februari 2014. Kondisi itu juga membuat perekonomian nyaris lumpuh selama dua hari.
Dalam beberapa hari terakhir, warga Surakarta bergotong royong membersihkan abu vulkanik di jalan raya serta lingkungan tempat tinggal mereka. Personel polisi serta militer juga diperbantukan untuk membersihkan tempat publik. Sejumlah mobil pemadam kebakaran pun dikerahkan untuk menyingkirkan abu. (Baca:Abu Kelud di Yogyakarta Tak Bisa Bersih Total)
"Saat ini kondisi kota sudah relatif bersih," katanya. Potensi bahaya yang disebabkan oleh erupsi Gunung Kelud itu sudah relatif berkurang. Itulah yang menjadi dasar pencabutan status tanggap bencana oleh Rudyatmo.
Meski demikian, Rudyatmo mengatakan saat ini masih banyak tumpukan abu vulkanik yang bersarang di jalur drainase. "Sebab, abu itu terbawa air hujan menuju selokan-selokan," katanya. Dia mengkhawatirkan terjadinya sedimentasi di sistem drainase Surakarta.
Rudyatmo mengungkapkan Pemerintah Kota Surakarta akan segera mengeruk jalur drainase, terutama yang berada di bawah tanah. "Harus dilakukan secepatnya karena sekarang masih musim hujan," katanya. Dia khawatir sedimentasi itu menyebabkan banjir lantaran sistem drainase tidak berjalan lancar.
AHMAD RAFIQ