TEMPO.CO , Jakarta:Material hujan abu vulkanik, yang mengguyur kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta setelah erupsi Gunung Kelud, tak kunjung menghilang selama dua hari terakhir. Sebagian warga sudah berupaya membersihkan abu vulkanik di sekitar permukimannya, namun debu tetap bertebaran karena mudah tertiup angin. (baca: Di DIY, Dampak Kelud Lebih Dahsyat Dibanding Merapi )
Ketua Magister Manajemen Bencana UGM, Profesor Sudibyakto mengatakan abu vulkanik di Yogya bisa menjadi masalah serius apabila hujan tidak kunjung datang. Pakar manajemen penanganan bencana ini memperkirakan bulir halus abu vulkanik bisa bertahan menyelimuti udara DIY sampai dua minggu apabila tak kunjung ada hujan. "Ukuran butirannya sangat halus, mudah melayang di udara," kata dia, di Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM pada Sabtu, 15 Februari 2014.
Sudibyakto mengatakan hasil riset tim gabungan PSBA UGM mencatat material vulkanik, yang terdorong keluar dari puncak Gunung Kelud, rata-rata berdiameter lima sentimeter hingga berukuran sekepalan tangan manusia dewasa. Di Kediri dan daerah tetangganya material itu berkurang ukurannya menjadi berdiameter tiga sentimeter atau sebesar krikil. "Begitu sampai di Solo, Klaten dan DIY, jadi halus dan lembut," kata Sudibyakto. (baca: Alasan Kelud Dijuluki 'Deadliest Volcano')
Material itu menyembur ke udara hingga ketinggian 10 kilometer atau mencapai lapisan atmosfer tropopause yang menjadi jalur penerbangan pesawat. Pergerakannya dari kepundan Gunung Kelud terbawa angin ke arah barat dan barat daya.
Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Djati Mardiyatno mengatakan tim lembaganya sedang mengkalkulasi kemungkinan kerugian DIY akibat guyuran abu vulkanik Gunung Kelud. Saat ini, tim PSBA UGM mengumpulkan data efek abu vulkanik Gunung Kelud di sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, bangunan cagar budaya dan transportasi di DIY. "Sebenarnya sejak lama abu vulkani Gunung Kelud selalu mengarah ke barat, tapi kali ini volumenya besar," kata dia.
Peneliti Pusat Studi Bencana Alam UGM dari Fakultas Geografi, Danang Sri Hadmoko mencatat hasil pantauan citra satelit menunjukkan tinggi kolom letusan Gunung Kelud mencapai 17 kilo meter. Sementara diameter plume, atau kepulan asap letusan, sepanjang 200 kilo meter kalau ditarik garis lurus dari selatan ke utara. "Selain terbawa angin hingga Sumatera, kini sudah sampai Kalimantan," kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Terpopuler:
Letusan Gunung Kelud Jadi Perhatian Dunia
BNPB Bantah Gunung Kelud Akan Meletus 2 Jam Lagi
Jangan Langsung Siram Abu Vulkanik
SBY Angkat Mbah Rono Jadi Kepala Badan Geologi