TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Gatot Saptadi, meminta masyarakat tidak membersihkan atap rumah yang dipenuhi abu vulkanik Gunung Kelud dengan langsung menyemprotkan air. Abu tersebut harus dikeruk lebih dahulu.
"Bila langsung disemprot air, dikhawatirkan akan merobohkan atap rumah," kata Gatot kepada Tempo di Yogyakarta, Jumat, 14 Februari 2014.
Gatot mengacu pada banyaknya rumah yang roboh di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, ketika Gunung Sinabung meletus. Dia menyebutkan rumah-rumah tersebut roboh karena tidak mampu menanggung beban abu vulkanik yang berada di atapnya.
"Abu, meski lembut, tapi kalau tebal bisa robohkan atap. Kalau langsung disemprot air akan menambah berat beban di atas atap," kata Gatot.
Gatot melanjutkan, cara aman yang sebaiknya ditempuh untuk membersihkan rumah dari abu vulkanik adalah mengeruk abu sebelum menyiramkan air. Abu yang dikeruk tidak dibuang sembarangan, tetapi dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setelah itu, penduduk bisa menyemprotkan air.
"Proses pembersihan mulai dari atap," kata Gatot.
Berdasarkan pantauan Tempo, ketebalan abu vulkanik di kawasan Sleman bagian barat mencapai lima sentimeter. Kawasan tersebut sempat diguyur hujan ringan sejenak. Walhasil, abu vulkanik masih beterbangan tiap kali tertiup angin. Bahkan abu vulkanik juga masuk ke dalam rumah meskipun jendela dan pintu sudah ditutup.
BPBD DIY mengatakan menyerahkan mekanisme pembersihan fasilitas umum kepada BPBD kabupaten dan kota setempat. Instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum, kepolisian, dan TNI akan dilibatkan dalam proses pembersihan ini.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Terpopuler:
Syahrini Bantah 'Tereret Manja' dengan Suami Airin
Gunung Kelud Pernah Sapu 10.000 Jiwa
Dewi Perssik 'Mengamuk' Tolak Masuk Mobil Tahanan