TEMPO.CO, Surabaya- Diskusi buku tentang Tan Malaka yang rencananya diselenggarakan di Perpustakaan C-20 di Jalan Cipto Nomor 20 Surabaya akhirnya benar-benar dibatalkan oleh pihak penyelenggara. Diskusi tersebut batal karena tidak mendapatkan izin dari pihak kepolisian setempat.
Di luar pagar perpustakaan, sebanyak 20-an orang anggota ormas Islam yang menamakan dirinya Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) menutup akses keluar masuk perpustakaan. Mereka datang tepat sehabis sholat Maghrib dengan mengendarai 4 mobil.
Pemimpin GUIB Dhofir mengatakan kedatangan mereka untuk memastikan diskusi Tan Malaka itu benar-benar dibubarkan. Menurutnya, diskusi itu meresahkan karena mengajarkan marxisme atau komunisme yang dianggapnya sebagai ajaran kafir harbi, yang harus diperangi. “Jadi jangan dekat-dekat orang-orang yang menganut itu” kata Dhofir. Jumat 7 Februari 2014
Ditanya soal acara serupa di Universitas Airlangga tadi pagi, Dhofir menyatakan tidak bertentangan dengan agama karena dibedah secara ilmiah di kampus. “Kalau terkait ilmu boleh, kalau disebarkan enggak boleh,” katanya.
Yayasan Pustaka Obor menggelar rangkaian diskusi buku terbarunya “Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia” jilid 4 karya Harry A. Poeze. Sedianya pada Jumat, 7 Februari 2014, pukul 18.30-21.00 WIB buku tersebut akan didiskusikan di Perpustakaan & Kolabtiv C20 di Jalan Dr Cipto 20, Surabaya dengan menghadirkan Harry A. Poeze. Acara serupa digelar di beberapa kota, di Surabaya buku itu sempat dibedah di Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Airlangga.
Kepala Kepolisian Sektor Tegalsari Komisaris, Arief Mukti, mengatakan pihak kepolisian pada prinsipnya selalu mengizinkan setiap acara yang ingin diadakan oleh masyarakat selama tidak mengganggu ketertiban dan keamanan. Jika dianggap mengganggu akan disarankan untuk dibatalkan. “Kami yang membubarkan juga bisa kalau memang terselenggara,” kata Arief.
Sementara itu, di luar perpustakaan juga sudah banyak berdatangan peserta diskusi. Tempo memperkirakan sebanyak 30-an orang bergerombol agak jauh dari barikade ormas GUIB. Mereka mengaku tidak tahu bahwa acara diskusi dibatalkan.
Salah satu peserta diskusi, Abdul Khodir, mengatakan bahwa dirinya sengaja datang untuk mengikuti acara bedah buku itu. Mahasiswa pasca sarjana Universitas Airlangga ini menyayangkan pembubaran diskusi tersebut. Menurutnya, diskusi buku Tan Malaka ini sangat bagus untuk menambah wawasan kebangsaan. “Sayang sekali batal,” kata Khodir.
Pihak panitia penyelenggara sendiri tidak terlihat sama sekali. Mereka memang sejak sore telah membuat keputusan membatalkan acara karena tidak diizinkan Kepolisian. Pagar perpustakaan digembok rapat dan lampu di dalam gedung perpustakaan mati. Sebuah kertas putih berisi pemberitahuan pembatalan bedah buku tertempel di pagar perpustakaan.
EDWIN FAJERIAL