TEMPO.CO, Surabaya - Pasangan calon Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa-Herman S. Sumawiredja, mengklaim lebih unggul dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur Kamis lalu. Dalam penghitungan real qount oleh tim pemenangannya bersama Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur, ia memperoleh suara 42,33 persen. Adapun rival utamanya, Soekarwo-Saifullah Yusuf, mendapatkan 41,86 persen suara.
Adapun calon lain, yakni Bambang D.H.-Said Abdullah mendapatkan 12,52 persen dan Eggi Sudjana-Mochamad Sihat 2,57 persen. Menurut Khofifah, total suara yang masuk ke timnya sudah 68 persen. Itu diperoleh dari suara yang tercatat pada formulir C1. “Validitasnya tidak diragukan. Makanya saya tidak percaya pada (quick count) lembaga survei," kata Khofifah kemarin.
Tidak dijelaskan wilayah mana saja yang perolehan suaranya unggul dibandingkan pasangan Soekarwo-Saifullah. Yang jelas, berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei seusai pencoblosan pada Kamis lalu, urutan pertama diraih pasangan Soekarwo-Saifullah, kedua Khofifah-Herman, ketiga Bambang D.H.-Said, dan keempat pasangan Eggi Sudjana-Mochamad Sihat.
Selain mengklaim unggul, Khofifah juga akan melaporkan sejumlah temuan kecurangan dalam pemilihan. Salah satu pelangaran terjadi di Kabupaten Pasuruan. Di kabupaten ini terdapat 6.000 surat C6 (undangan mencoblos) tidak diserahkan kepada pemilih. Ada pula penyerahan surat C6 kepada pemilih disertai dengan pemberian mi instan. "Suara rakyat ditukar dengan satu bungkus mi untuk memilih salah satu calon," ujarnya.
Di Madura, lanjut dia, ada tempat pemungutan suara yang tidak ada panitianya. Kejadian yang sama juga berlangsung di tiga desa, seluruh warganya tidak mencoblos. "Nama kabupatennya masih kami rahasiakan, buktinya ada."
Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Jawa Timur Andry Dewanto Ahmad tidak yakin ada tiga desa yang tidak melaksanakan pemilihan gubernur. "Tidak ada laporan yang masuk ke KPUD," katanya. Menurut Andry, seharusnya kubu Khofifah melaporkan temuan itu kepada lembaganya untuk dilakukan pengecekan. KPUD, menurut dia, tetap melanjutkan agendanya, yaitu merekapitulasi suara pada 5-7 September.
Dihubungi terpisah, Badan Pengawas Pemilu Jawa Timur belum menerima laporan adanya kecurangan seperti yang dikemukakan Khofifah. "Petugas kami di lapangan belum memberi laporan soal itu,” ujar anggota Divisi Penindakan Badan Pengawas Pemilu Bawaslu Jawa Timur, Sri Sugeng Pudjiatmiko.
ARIEF RIZQI HIDAYAT | AGITA SUKMA LISTYANTI