TEMPO.CO, Cirebon--Udang sudah dikenal sebagai ikonnya Cirebon. Bahkan udang pun dijadikan logo Pemerintahan Kota Cirebon. Sedikitnya terpampang 6 buah udang besar berwarna emas di gedung depan Balaikota Cirebon. Keberadaan udang-udang tersebut bukanlah tanpa alasan. Menurut aktivis komunitas Pusaka Cirebon "Kendi Pertula" Mitra Budaya LVRI Kota Cirebon, Mustakim Asteja, mengisahkan jika sejak dahulu Cirebon memang sudah dikenal sebagai kota udang. "Di peraiaran Cirebon udang dengan mudah bisa ditemukan," katanya. Tinggal serok saja, udang pun bisa didapatkan.
Ini dikarenakan Cirebon yang terletak di daerah pesisir memiliki perairan yang cukup bagus."Saat itu perairan Cirebon masih sangat alami. Belum terkontaminasi oleh limbah apa pun," katanya. Bahkan tidak hanya di laut, udang pun bisa ditemukan dengan mudah di sejumlah sungai yang melintasi Kota Cirebon. Seperti diketahui sedikitnya ada 6 sungai yang melintas di Kota Cirebon.
Bahkan sebelum berdirinya kesultanan Cirebon sudah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Pakungwati. Rajanya pun bergelar Pakungwati. Pakungwati berasal dari kata Pakung yang dalam bahasa Cirebon berarti udang.
Pengukuhan Cirebon sebagai Kota Udang kembali dilakukan di zaman penjajahan Belanda. Saat membangun gedung pemerintahan yang sebelumnya disebut dengan gedung kura-kura (karena bentuknya dari atas seperti kura-kura) di bagian depan,tepatnya di atas gedung pun turut dibuatkan patung udang yang menempel di atap gedung. "Ini menandakan Belanda saat itu sudah mengakui Cirebon sebagai kota penghasil udang," katanya.
Namun alam kemudian berubah. Yang semula ramah dengan menghadirkan udang dimana-mana kini perairan Cirebon minim dengan udang. "Mulai berubah sejak tahun 1980-an. Udang perlahan-lahan hilang dari perairan Cirebon," kata Mustakim. Penyebabnya karena limbah rumah tangga dan limbah pabrik yang dibuang ke sungai dan mengalir jauh ke laut. Sehingga udang pun enggan untuk berkembang biak dengan pesat di perairan Cirebon.
Kini pencemaran di perairan Cirebon pun semakin parah. Ini bisa dilihat dengan semakin merosotnya produktivitas budidaya udang di perairan Cirebon, khususnya di Kabupaten Cirebon. Penyebabnya karena pencemaran laut dan tingginya tingkat keasaman di tambak akibat tingginya penggunaan insektisida oleh petambak.
Seperti diungkapkan Ridwan, seorang petambak asal Desa Ambulu Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. "pada 1990 an Losari dikenal sebagai sentra budidaya udang di Kabupaten Cirebon," katanya. namun kini produksi udang terus merosot.
Di lahan tambak seluas 7 ribu hingga 10 ribu m2 biasanya petambak bisa menghasilkan udang hingga 4 ton. Namun saat ini mereka hanya mampu memproduksi udang maksimal 2 kwintal setiap kali panen. Karenanya, lanjut Ridwan, dibutuhkan terobosan agar Cirebon bisa dikenal lagi sebagai penghasil udang.
IVANSYAH
Terhangat:
Konser Metallica | Suap SKK Migas | Sisca Yofie
Baca juga:
Pawai Budaya Multikultur di Padang
Jember Fashion Carnaval Disukai Turis Asing
3 Tablet yang 'Pas' Dibawa Berwisata
5 Hal Konyol Penyebab Pesawat Terlambat