TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrat mengapresiasi peretas situs web Front Pembela Islam. Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Melanie Leimena, peretasan itu perlu diperhatikan sebagai bentuk penolakan masyarakat terhadap tindakan anarkistis FPI.
"Bagus. Respons masyarakat yang harus diperhatikan. Saya rasa seluruh masyarakat menolak adanya aksi kekerasan seperti itu," ujar Melanie di kompleks parlemen, Senayan, Rabu, 24 Juli 2013. Ia menyatakan mengecam aksi kekerasan yang dilakukan ormas mana pun, termasuk FPI. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ucap dia, juga sudah memberikan pernyataan dan teguran atas aksi anarkistis FPI di Sukorejo, Kendal.
Melanie juga setuju dengan wacana pembubaran ormas anarkistis karena sudah banyak orang yang resah dengan keberadaan FPI. Meski demikian, FPI tidak bisa begitu saja dibubarkan, harus berdasarkan aturan. Melanie berencana meminta pertimbangan dua ormas keagamaan terbesar di Indonesia. "Saya berencana berdiskusi dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah," kata Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini.
Melanie juga kecewa dengan sikap FPI yang menghina Presiden SBY. Menurut dia, siapa pun yang menghina kepala negara, baik itu FPI atau bukan, bakal Melanie tentang. Meski dihina, kata dia, Presiden tak gegabah membubarkan FPI. "Presiden selalu meminta pertimbangan semua pihak," ucap dia. SBY akan meminta masukan dan tanggapan dari semua elemen masyarakat sebelum memutuskan pembubaran FPI.
Situs web organisasi FPI, www.fpi.or.id, diacak-acak peretas. Beberapa kali peretas mengubah dan menutup laman organisasi itu. Semula, laman ini berisi informasi mengenai kegiatan dan pidato pengurus FPI. Namun laman itu mendadak berubah. Peretas memasukkan tulisan yang mengecam organisasi itu.
SUNDARI
Topik Terhangat
Bayi Kate Middleton | Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Aksi Chelsea di GBK | Daging Sapi Impor
Berita terkait:
Dishub Dituding Biarkan Metromini Langgar Aturan
Satu Korban Metromini Maut Meninggal
Hamzah Haz Dukung Jokowi Nyapres