TEMPO.CO , Jakarta:Istri almarhum Munir, Suciwati, mempersiapkan museum yang didedikasikan bagi mendiang Munir. Museum Munir ini merupakan bagian dari perjuangan Suciwati dalam menegakkan hak asasi manusia meski terus terbentur proses litigasi untuk menguak keterlibatan Badan Intelijen Negara.
“Aku punya barang-barang almarhum, terus aku kumpulin,” kata Suciwati kepada Tempo di kawasan Sudirman, Jakarta, pekan silam. “Itu yang kemudian aku berpikir harus bikin sesuatu. Ketika di wilayah hukumnya kita ditabrakin terus, kayaknya ada hal yang lebih positif yang harus kita kasih.”
Museum Munir merupakan bagian dari upaya membagi perspektif HAM yang selama ini diperjuangkan oleh Munir. Kali ini, Suciwati memiliki misi tersendiri atas pendirian musem Munir, yakni membumikan nilai-nilai HAM serta mengenalkan sosok Munir kepada kalangan muda.
“Ketika dicontoh hukumnya buruk ya, niali-nilai yang dibawa Munir aku pikir yang penting kita share kepada publik,” kata perempuan yang sudah menjalin kasih dengan Munir semenjak kerja di Lembaga Bantuan Hukum Pos Malang itu. “Karena kemungkinanan nanti ke depan kerjasama anak –anak SD, SMP dan SMA sehingga mereka mengerti apa sih Hak Asasi Manusia itu,” kata ibu dari Alif dan Diva itu. “Karena itu dekat dan melekat pada mereka. Kadang jargon yang selalu dipakai adalah HAM itu produk barat. Padahal itu melekat ke semua individu.”
Museum akan bertempat di rumah Munir, Jalan Bukit Berbunga, Kota Batu. Rencananya museum dibuka pada 8 Desember 2013, yang bertepatan dengan peringatan ulang tahun Munir. Kini, Suciwati bersama rekan-rekan seperjuangan Munir tengah mengumpulkan barang-barang bersejarah saat Munir memperjuangkan HAM semasa hidupnya.
Beberapa barang yang terkumpul berupa koleksi buku pribadi Munir, dokumentasi kampanye HAM dan kasus-kasus yang diadvokasi. Suciwati menggandeng kerjasama dengan berbagai pihak di wilayah Jakarta dan Jawa Timur dalam mengumpulkan koleksi museum. “Kami sih beprikir ini museum HAM pertama di indonesia, mimpinya itu.”
NURUL MAHMUDAH