Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Ikatan keluarga korban Sutet se-Jawa Barat berunjukrasa di depan Istana Negara Jakarta, Selasa (7/9). Mereka menuntut kepada Presiden Megawati Soekarnoputri untuk segera membentuk tim penyelesaian dan pembebasan tanah yang berada di bawah jalur sutet, listrik bertegangan tinggi. Saat ini, presidium yang mewakili demonstran dari Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bogor, Cianjur, Cirebon, Majalengka dan Bandung, telah diterima bagian Sekretariat Kepresidenan. "Sejak dibangun tahun 1992, masyarakat belum mendapat ganti rugi dari PLN," kata Dedi Mulyadi, perwakilan dari Cianjur. Mereka menduga, uang ganti rugi yang dialokasikan untuk pembebasan tanah, telah diselewengkan pejabat PLN dan Departemen Pertambangan dan Energi (Deptamben). "Kami juga minta segera tangkap dan adili pejabat yang melakukan korupsi uang korban Sutet pada 1996-1997," katanya.Salah satu peserta aksi, Oon Rahmini yang berasal dari Sumedang, mengaku baru mendapatkan uang Rp 6 juta pada 1992. Saat ini, rumah yang tepat berada di bawah jaringan listrik tegangan tinggi tersebut, tidak ditempati keluarganya. "Saya takut, terutama kalau musim hujan, temboknya bisa nyetrum," ujarnya. Saat ini dia mengaku, tidak akan menerima bila PLN akan mengganti rugi tanah dan bangunannya sebesar Rp 100 juta.Peserta aksi demo ini, mengaku akan tetap berada di depan Istana sampai masalah ini dapat diselesaikan.Sutarto - Tempo News Room
Iklan
