TEMPO.CO, Bandung - Sebanyak 10 ribu penggemar sepeda antik akan berkumpul di acara Bandoeng Laoetan Onthel pada Sabtu hingga Ahad, 23-24 Maret 2013. Selama dua hari itu, beragam acara digelar, dari mulai pasar onderdil, terjun payung, serta konvoi keliling kota Bandung pada Ahad pagi. Lokasi acaranya berpusat di Lapangan Gasibu dan Jalan Diponegoro yang ditutup tepat di depan Gedung Sate, Bandung.
Menurut Yahya Johari, panitia, Bandoeng Laoetan Onthel digelar untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946. Pada perhelatan kali ketiga ini, panitia yang berasal dari Paguyuban Sapedah Baheula Bandoeng mengundang klub atau komunitas sepeda onthel se-Indonesia dan luar negeri. "Jumlah pesertanya sekitar 10 ribu orang ini agar lebih spektakuler," kata Yahya kepada Tempo, Kamis, 21 Maret 2013.
Peserta sepeda onthel dari Indonesia akan berdatangan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Bali, dan Lombok. Adapun dari Malaysia rencananya akan datang 100 orang, juga selusin penggowes lainnya berasal dari Belanda, Inggris, dan Prancis.
Rangkaian acara Bandoeng Laoetan Onthel akan dibuka Sabtu, 23 Maret 2013, mulai pukul 09.00 WIB. Pengunjung akan disuguhi tari-tarian daerah, pantomim, aksi pemakai sepeda BMX, serta 70 jenis kuliner khas Bandung. "Juga ada ratusan pedagang onderdil sepeda tua dari berbagai daerah," katanya.
Rencananya, sebanyak 1.000 sepeda onthel akan berkonvoi Sabtu petang dari depan Gedung Sate hingga Balai Kota Bandung untuk bergabung dengan 5000 peserta pawai obor. Adapun 3.000 sepeda onthel lainnya menuju menara jalan layang Pasupati (Pasteur-Surapati) untuk peringatan Earth Hour atau pemadaman listrik di lokasi tertentu mulai pukul 20.30-21.30 WIB.
"Sepeda tidak akan menutup jalan, tapi memanjang di sisi jalan," ujarnya. Di sana, mereka akan menyanyikan lagu-lagu perjuangan seperti Halo-halo Bandung dan Padamu Negeri. Setelah itu, peserta konvoi kembali lagi ke Lapangan Gasibu.
Acara Ahad pagi dari pukul 07.00 WIB setelah 10 ribu sepeda onthel berkumpul, kata Yahya, yaitu konvoi sepeda dari Lapangan Gasibu. Rutenya melewati Jalan Diponegoro, Supratman, Ahmad Yani, Asia-Afrika, Gedung Merdeka, lalu kembali lagi ke tempat awal melewati Jalan Braga, Naripan, dan Jalan Sunda.
Selanjutnya, peserta konvoi dan pengunjung akan disuguhi aksi terjun payung oleh 3 orang anggota Klub Aves selama 30 menit. "Penerjun di antaranya memakai kostum Gatotkaca yang membawa amanat wangsit dari leluhur," kata Yahya.
Panitia menyiapkan tempat parkir bagi peserta sepeda antik di dua lokasi, yaitu di belakang Gedung Sate dan halaman Museum Geologi. Selain sepeda antik, kata Yahya, panitia juga mengajak berbagai klub atau komunitas sepeda di Bandung untuk bergabung.
ANWAR SISWADI
Berita terpopuler lainnya:
Mengapa Ibas Laporkan Yulianis ke Polisi
Ramai-ramai Patok 'Kebun Binatang' Djoko Susilo
Enam Pernyataan Soal Ibas dan Yulianis
Ibas Siap Diperiksa, Ini Jawaban KPK
SBY Bercerita Kantornya Tak Mewah
Daftar Pasal Kontroversial di Rancangan KUHP