TEMPO.CO, Ambon - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Kolonel Rukman Ahmad, mengakui ada anggotanya yang memukuli wartawan di kawasan Pattimura Park, Ambon. Namun, menurut dia, peristiwa tersebut merupakan kesalahpahaman belaka.
"Awalnya ingin diselesaikan dengan baik, tiba-tiba dari belakang ada anggota yang menendang. Ketika itu suasana sedang panas karena sebelumnya sedang ada keributan dan gelap karena malam," kata Rukman kepada Tempo, Selasa, 1 Januari 2013.
Insiden pemukulan jurnalis ini terjadi pada malam pergantian tahun, 1 Januari 2013 pukul 00.30 WIT. Korbannya adalah wartawan Kompas.com, Rahmat Rahman Patty, yang ditendang di perut. Kameranya dirampas. Dia sendiri diancam dibunuh. Pelakunya diduga anggota Detasemen Kaveleri Kodam 16 Pattimura bernama Pratu Baharuddin.
Kejadian tersebut bermula dari pengejaran belasan anggota terhadap seseorang yang diduga sebagai biang kerusuhan Ambon pada malam pergantian tahun. Ketika itu, Rahmat yang berada di dekat lokasi mengabadikan gambar menggunakan kameranya. Tiba-tiba Rahmat didatangi dan diperlakukan kasar.
"Kami prihatin atas peristiwa ini. Padahal, kami telah mengadakan rapat koordinasi setelah ada insiden pemukulan wartawan oleh TNI AU di Riau," kata Rukman. Rapat koordinasi tersebut bertujuan menanamkan prinsip supaya seluruh anggota TNI menjalin hubungan baik dengan siapa pun. Dewan Pers pun sudah turun tangan.
Terkait Baharuddin, Rukman belum bisa mengatakan hukuman apa yang akan dikenakan. Sebab, Berita Acara Pemeriksaan dari Pomdam belum kelar. "Saya jamin yang bersangkutan akan dihukum," katanya.
MUHAMAD RIZKI