TEMPO.CO, Poso - Rusliadi, 28 tahun, anggota Kepolisian Resor Poso, yang menjadi korban ledakan bom di pos polisi lalu lintas Senin lalu, akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurut Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Poso, dokter Djani Moula, sebenarnya pihak rumah sakit di Poso sanggup mengangkat serpihan bom yang ada di tubuh korban. "Tetapi mungkin karena ingin dekat dengan keluarga di sana, akhirnya mereka meminta untuk dirujuk saja," kata Djani, Selasa, 23 Oktober 2012.
Meski demikian, dia mengungkapkan, serpihan bom berupa logam sepanjang 1 sentimeter di pangkal paha kanan Rusliadi cukup sukar diangkat, mengingat di bagian tersebut banyak jaringan yang bisa rusak.
Lain halnya dengan Akbar, satpam Bank BRI cabang Poso, korban lainnya dalam ledakan tersebut, ia kini masih dirawat di rumah sakit Poso. "Kondisinya sudah membaik," ujar Djani.
Sebelumnya, bom berdaya ledak rendah meledak di pos polisi lalu lintas Kepolisian Resor Poso. Akibatnya, tiga orang terluka. Dua di antaranya dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Poso. Brigadir Dua Ruslan, rekan Rusliadi, hanya menderita luka ringan di bagian tangan.
Kepala Kepolisian Resor Poso, Ajun Komisaris Eko Santoso, mengatakan sejauh ini belum ada pihak yang dijadikan tersangka. Eko juga mengatakan belum ada kepastian motif di balik ledakan bom tersebut. "Yang saya bisa katakan, model bomnya hampir sama dengan yang pernah meledak di Morowali," kata Eko singkat.
Sementara itu, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), M. Jusuf Kalla, dalam lawatannya ke Poso, siang tadi menyempatkan diri menjenguk Akbar dan Hasman Sawo, warga Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, yang menjadi korban penembakan Oktober lalu. Selain berbincang dengan korban, JK yang didampingi Bupati Poso, Piet Inkiriwang, juga terlihat memberikan sejumlah uang kepada korban.
IRFAN ABDUL GANI