TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah 749 pelajar asal Papua diterima di 32 perguruan tinggi negeri dengan beasiswa Affirmative Action untuk biaya pendidikan dan hidup. Beasiswa yang disediakan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk program yang baru dimulai tahun ajaran 2012/2013 ini sebenarnya untuk 963 siswa. Akan tetapi, kuota tidak terpenuhi karena banyak yang tidak memenuhi kriteria.
“Masing-masing anak ini akan mendapatkan dana pendidikan sebesar Rp 600 ribu dan biaya hidup Rp 400 ribu per bulan," kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Illah Sailah, kepada Tempo, Rabu, 5 September 2012.
Illah mengatakan, beasiswa afirmatif yang disalurkan mulai September ini diresmikan oleh Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B) bekerja sama dengan Ditjen Dikti dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia. Tujuannya adalah untuk percepatan pemerataan pembangunan di daerah-daerah tertinggal. Illah berharap beasiswa ini mampu mengembangkan potensi anak-anak Papua.
"Saat ini semua biaya masih ditanggung Dikti. Ke depan, kami berharap pemda menanggung biaya hidup anak-anak ini," ucap Illah. Saat ini pemda/kabupaten atau kota di Papua dan Papua Barat hanya menanggung biaya transportasi.
Illah menuturkan kemungkinan program ini akan ditindaklanjuti untuk daerah tertinggal lain di Indonesia. Ia berharap, setelah lulus kuliah, para penerima beasiswa dapat mengabdi di daerahnya masing-masing. "Kalau perlu ada kontrak antara pemda dan para mahasiswa," ucap Illah.
Ada beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi para siswa pelamar program beasiswa ini. Antara lain, memiliki prestasi akademik tinggi dan konsisten berdasarkan pemeringkatan oleh kepala sekolah serta dapat dibuktikan dengan pengiriman fotokopi rapor lengkap. Pemeringkatan dilakukan sesuai dengan jurusan IPA, IPS, atau Bahasa berdasarkan nilai mata pelajaran yang diujikan dalam UN. Syarat lainnya, siswa yang direkomendasikan oleh kepala sekolah harus mempunyai nilai rapor rata-rata minimal 6,7 dan memiliki kesehatan baik yang dibuktikan dengan keterangan dokter pemerintah.
Pendaftaran dilakukan dengan online via Internet dan secara langsung dengan mengumpulkan fotokopi rapor. "Prosedur seleksi kami serahkan ke MRPTNI (majelis rektor)," ujar Illah. Majelis Rektor PTN Indonesia ini yang akan memantau dan mengevaluasi program beasiswa ini.
SUNDARI