TEMPO.CO, Yogyakarta - Raungan sirine yang berasal dari peralatan dan kendaraan ratusan sukarelawan bersahutan mewarnai subuh di Alun-Alun Selatan Kota Yogyakarta, Ahad, 27 Mei 2012.
Sirine yang dibunyikan sekitar pukul 05.47 WIB itu dibunyikan kurang lebih selama 60 detik dan terdengar hingga radius beberapa ratus meter di sekitar alun-alun. Di kompleks yang berdekatan dengan Keraton Yogyakarta itu para sukarelawan dipimpin Wakil Gubenur DI Yogyakarta Pakualam yang berdiri di atas mimbar menundukkan kepala, mengenang 3 ribuan korban yang tewas akibat gempa di Yogya yang berlangsung pada jam dan tanggal itu enam tahun silam.
Pakualam yang hadir mewakili Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X dalam kegiatan bertajuk "Jogja Tenda Bangkit; Mengenang 6 tahun Gempa" menuturkan kepulauan Indonesia termasuk DI Yogyakarta posisinya berada di atas lempeng benua Eurasia, Indo Australia, dan Pasifik sehingga sangat rawan dengan bencana gempa, tsunami, dan tanah longsor.
“Dan kita telah mengalami dampak luar biasa dari gempa Bumi itu enam tahun silam, baik nyawa maupun harta benda,” kata Pakualam dalam orasinya di lapangan yang dipenuhi ratusan tenda para sukarelawan itu. Bencana itu, kata Pakualam, menjadi semacam "peringatan" untuk menggugah kesadaran warga tentang kewaspadaan dini bencana.
“Kita tidak bisa beda-beda perspepsi lagi dan mengira-ngira dalam penanggulangan bencana, agar tidak timbul korban lagi di masa datang,” kata dia.
Pakualam mengungkapkan gempa 2006 tercatat sebagai salah satu peristiwa gempa bumi tektonik paling kuat yang pernah mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah. Gempa berkekuatan 5,9 pada skala Richter itu tercatat terjadi tepat sekitar 05.55 WIB selama 57 detik. Sementara United States Geological Survey melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada skala Richter. Data terakhir BMG kala itu, pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT pada kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw (Magnitude Moment).
Gempa di Yogya saat itu juga dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.
Usai upacara peringatan, para peserta yang terdiri dari Palang Merah Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nasional dan Daerah, sukarelawan radio komunikasi amatir, Paskhas TNI AU, TNI AD masing-masing menggelar demonstrasi gerak cepat penanggulangan bencana sesuai dengan bidangnya.
PRIBADI WICAKSONO