TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengenang sosok almarhum Kiai Abdullah Faqih, Langitan, Tuban. Gus Ipul pun membuka tabir politik ketokohan Kiai Faqih yang ternyata adalah sosok utama yang mendorong majunya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden.
"Tahun 1999 menjelang Sidang Umum MPR pemilihan presiden, yang paling berperan bukan poros tengah, tapi poros Langitan yang digagas Kiai Faqih," kata Saifullah, Kamis, 1 Maret 2012.
Mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor ini menuturkan, majunya Gus Dur sebagai calon presiden sebenarnya banyak ditentang para kiai. Namun, Kiai Abdullah Faqih justru mengundang beberapa tokoh kiai sentral NU untuk membahas masalah itu. Mereka diundang untuk berembuk di Pondok Pesantren Langitan Tuban. Hasil pertemuan yang digagas Kiai Langitan itu akhirnya mendukung pencalonan Gus Dur untuk maju sebagai calon presiden yang didukung poros tengah.
"Beliau itu ulama besar dengan santri ribuan yang istiqomah tidak hanya bisa bicara, tapi juga ikut berjuang dengan ikhlas demi umat," kata Ipul.
Menurut Saifullah, dalam memberikan nasehat atau memperingatkan terhadap sebuah kesalahan, Kiai Faqih selalu mengedepankan isyarat sehingga orang yang mendapatkan nasehat tak merasa malu ataupun rendah diri.
Kesan yang sama diungkapkan Rois Syuriah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, Kiai Miftachul Ahyar. Pengasuh pesantren Miftachussunah Surabaya ini mengenang sosok Kiai Abdullah Faqih yang sangat santun dan bahkan menganggap sebagai sosok kiai sentral di internal NU.
"Saya sampai tak bisa berkata, lidah rasanya terkunci. Kita telah kehilangan sosok pendidik yang arif nan hakim. Beliau sangat sentral di NU," kata Miftacul Ahyar.
Sekedar diketahui, Kiai Abdullah Faqih meninggal pada Rabu, 29 Februari 2012 pukul 18.30, di kediamannya kompleks Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur. Kiai Faqih meninggal pada usia 83 tahun. Rencananya, Kiai Abdullah Faqih akan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di sekitar pesantren tersebut. Sebelum meninggal, Kiai Abdullah Faqih memang sudah empat bulan dirawat di Rumah Sakit Graha Amerta Surabaya.
FATKHURROHMAN TAUFIQ