Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Pemicu Serangan Belanda ke Rawagede  

image-gnews
Peristiwa pembantaian Rawagede. pierrescolumn.punt.nl
Peristiwa pembantaian Rawagede. pierrescolumn.punt.nl
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejarawan Rusdhy Hoesein menuturkan pemicu serangan Belanda ke Rawagede 64 tahun lalu adalah seorang intel. Intel tersebut adalah anak seorang polisi yang pernah ditangkap gerombolan pengacau di Rawagede lalu dilepaskan. "Tidak jelas namanya, tapi dia memberi tahu bahwa di Rawagede ada gerombolan pengacau," kata Rushdy ketika dihubungi pada Kamis 15 September 2011.

Atas laporan intel dan juga gangguan keamanan pasca-Agresi Militer I 21 Juli-5 Agustus 1947, Belanda memutuskan menumpas gerombolan tersebut. Usai Agresi, Indonesia-Belanda mengalami masa gencatan senjata hingga penandatanganan Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948.

Saat itu sejumlah Tentara Nasional Indonesia dari pasukan Siliwangi terpaksa hijrah sebagai bagian dari kesepakatan Perjanjian Renville. Perjanjian tersebut menyatakan Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Indonesia.

Dalam masa-masa genjatan senjata ternyata masih banyak sempalan yang tidak menerima kesepakatan dua negara. "Mereka itu kayak teroris, merampok pedagang Cina, mengambil rel kereta, mencuri kabel listrik," kata Rushdy.

Nah, di Rawagede pun gerombolan ini beraksi. Belanda merasa gusar, sehingga dikirimlah sekitar 90 pasukan Belanda asli bukan KNIL (tentara Belanda dari penduduk Indonesia). Mereka datang pada 9 Desember 1947 pagi yang kala itu diwarnai hujan. Hujan yang mengguyur ternyata menyebabkan gangguan sinyal pada alat komunikasi pasukan Belanda yang dipimpin oleh Alphons Wijnen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akibat macetnya sinyal, Rushdy menjelaskan, Belanda menjadi panik dan takut. "Jadi mereka melakuan tindakan agresif," tutur dia. Pasukan Belanda mendatangi tiap rumah penduduk dan mengumpulkan warga di tanah lapang. Tercatat 431 orang meninggal dunia. Namun menurut Nota Ekses dari Belanda jumlah korban 150 orang.

"Mayor Wijnen menuturkan orang yang ditangkap itu bukan petani karena tangannya halus," tutur Rushdy. Tapi jatuhnya korban hingga ratusan orang dalam masa genjatan senjata telah membuat gerah Johannes Leimena, salah seorang anggota perwakilan perjanjian Renville. Leimena, menurut Rushdy, membuat surat protes atas kejadian Rawagede.

Karena ternyata di antara ratusan korban, yang benar-benar pengacau hanya empat orang. "Empat orang itu ditembak langsung oleh Wijnen," ujar Rushdy. Kini korban Rawagede bisa bernapas sedikit lega. Hakim di pengadilan Belanda memerintahkan Pemerintah Belanda membayar kompensasi terhadap para janda tersebut dengan segera. Mengenai aturan soal pembayaran kompensasi kepada para janda tersebut, kata hakim, didasarkan pada undang-undang yang berlaku di Belanda.

DIANING SARI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Penelitian Buktikan Kekejaman Militer Belanda di Indonesia, PM Rutte Minta Maaf

18 Februari 2022

Seorang veteran melintasi Monumen Korban 40.000 jiwa usai upacara mengenang pembantaian 40.000 jiwa ke-68 di Makassar, 11 Desember 2014. Pembantaian 40.000 rakyat Indonesia tersebut terjadi pada 1946 oleh pasukan sekutu yang dipimpin Raymond Paul Pire Westerling di sebagian besar wilayah pesisir barat Sulawesi Selatan dan Barat meliputi Kotapraja, Afdeling, Bonthain (Bantaeng), Parepare dan Mandar, yang diperingati tiap 11 Desember.TEMPO/Fahmi Ali
Penelitian Buktikan Kekejaman Militer Belanda di Indonesia, PM Rutte Minta Maaf

PM Mark Rutte minta maaf kepada Indonesia setelah tinjauan sejarah menemukan militer Belanda menggunakan kekerasan berlebihan dalam Perang Kemerdekaan


5 Orang Indonesia Gugat Kejahatan Perang Belanda Selama Revolusi

2 Oktober 2019

Seorang Veteran perang berjalan melitasi dinding berisi nama-nama pahlawan yang telah gugur usai melakukan ziarah di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, 10 Agustus 2015. Ziarah ini bertujuan untuk mengingat kembali perjuangan para Veteran dan rekan-rekannya yang telah gugur dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta merupakan rangkaian dari Peringatan Hari Veteran. TEMPO/Dhemas Reviyanto
5 Orang Indonesia Gugat Kejahatan Perang Belanda Selama Revolusi

Pengadilan banding Den Haag menerima gugatan lima orang Indonesia atas kejahatan perang Belanda selama zaman revolusi kemerdekaan RI pada 1947.


Negosiasi Ganti Rugi Pembantaian Westerling Alot

10 Agustus 2013

Raymond Westerling.
Negosiasi Ganti Rugi Pembantaian Westerling Alot

Menurut Jeffry, kebuntuan yang terjadi pada bulan April tersebut berakhir karena itikad baik dari Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans.


Korban Agresi Militer Diajak Gugat Belanda  

16 Agustus 2012

Peristiwa pembantaian Rawagede. pierrescolumn.punt.nl
Korban Agresi Militer Diajak Gugat Belanda  

Meski sudah nyaris tujuh dekade berlalu, Komite Utang Kehormatan Belanda berpendapat Belanda tetap harus bertanggung jawab atas kejahatan perang.


Ternyata Sulit Mendata Ulang Korban Westerling

10 Desember 2011

Raymond Westerling.
Ternyata Sulit Mendata Ulang Korban Westerling

Baru delapan janda korban Westerling yang saya pegang, kami kesulitan melakukan pendataan, kata anggota pengurus KUKB, Ivonne.


Masih Ada 76 Kasus Kejahatan Perang Belanda di Indonesia  

10 Desember 2011

Raymond Westerling.
Masih Ada 76 Kasus Kejahatan Perang Belanda di Indonesia  

Di antara puluhan kasus itu, ada peristiwa Westerling.


Pemerintah Belanda Dinilai Berlama-lama Urus Rawagede

10 Desember 2011

Liesbeth Zegveld, Pengacara korban Rawa Gede, tersenyum saat peringatan Rawa Gede di Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga, Karawang, Jawa Barat (9/10). Pemerintah Belanda diwakili Tjeerd de Zwaan, Dubes Belanda untuk RI, menyampaikan permintaan maaf dan memberikan kompensasi sebesar 20 ribu Euro/orang (Rp243 juta). TEMPO/Subekti
Pemerintah Belanda Dinilai Berlama-lama Urus Rawagede

Ketua Umum Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia Batara Hutagalung menilai pemerintah Belanda sengaja berlama-lama mengurus gugatan warga Rawagede.


Marty Sambut Kedatangan De Zwaan di Rawagede

9 Desember 2011

Tjeerd Telco De Zwan. TEMPO/Subekti
Marty Sambut Kedatangan De Zwaan di Rawagede

Menurut Marty, peristiwa penting ini juga menjadi pengakuan pemerintah Belanda bahwa kemerdekaan Indonesia berlangsung pada 1945.


Tragedi Rawagede, Seperti Apa Pembantaian Itu?

9 Desember 2011

Cawi binti Baisa berdoa di makam suaminya di taman makam pahlawan Rawagede, Jawa Barat. AP/Achmad Ibrahim
Tragedi Rawagede, Seperti Apa Pembantaian Itu?

Tragedi itu terjadi 64 tahun lalu. Tentara yang murka mengepung kampung dan membantai ratusan pria di Rawagede, Karawang. Seperti apa penyerbuan itu?


Di Rawagede, Pemerintah Belanda Minta Maaf

9 Desember 2011

Sejumlah janda korban peristiwa Rawa Gede. TEMPO/Subekti
Di Rawagede, Pemerintah Belanda Minta Maaf

Permintaan maaf, kata De Zwaan, bukan hanya mewakili pemerintah Belanda, tetapi juga seluruh rakyat Belanda kepada warga Rawagede.