TEMPO Interaktif, Sleman - Puluhan tokoh lintas agama dan etnis menanam sebanyak 112.500 pohon berbagai jenis di lereng Gunung Merapi, Senin (7/2). Aksi penghijauan itu dilakukan di tiga desa yang luluh lantak akibat erupsi Merapi, yaitu di Desa Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo, semuanya masuk Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
"Selain aksi penghijauan, penanaman pohon di lereng Merapi ini juga menjadi simbol persaudaraan antarumat beragama di Indonesia," kata Kyai Haji Abdul Muhaimin, koordinator aksi penanaman pohon lereng Merapi dari Konsorsium Palm.
Selain dia, tampak hadir juga tokoh agama dan etnis yang lain, seperti Bante Pannavaro Sri Mahatera, Mgr Ym Pujasumarto Pr, Alisya Wahid (mewakili Shinta Nuriah Wahid, istri almarhum Abdurrahman Wahid).
Menurut Muhaimin, mereka yang terlibat dalam aksi ini ingin menyuarakan indahnya Bhinneka Tunggal Ika di tengah krisis kebangsaan yang acapkali diwarnai permusuhan antarpemeluk agama dan etnis. “Penanaman pohon ini jangan hanya dimaknai secara teknis, tetapi juga dimaknai sebagai upaya menaburkan benih persaudaraan,” kata Pimpinan Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede, Yogyakarta itu.
"Kini, kami menabur benih kasih agar nanti bisa melihat pohon kedamaian," ujar Uskup Agung Semarang, Mgr Ym Pujosumarto Pr, di sela-sela penanaman pohon di dusun Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Dalam aksi hari ini, untuk sementara, pohon yang ditanam baru sebanyak 85 ribu pohon. Mereka menargetkan penamanam 112.500 pohon bisa tercapai hingga akhir Februari ini. Ada 19 jenis pohon yang mereka tanam, antara lain, jabon, mahoni, sengon, ketapang, gayam, klengkeng, aren, buah apokat, pinus, akasia, dan munggur. Untuk membiayai aksi ini, mereka mengeluarkan biaya Rp 372,9 juta yang didapat dari sumbangan sukarela dari umat lintas agama.
MUH SYAIFULLAH