TEMPO Interaktif, Jakarta - Editor buku 'SBY Antek Yahudi-AS? Suatu Kondisi Menuju Revolusi' Syahrul Efendi Dasopang, mengaku mendapat intimidasi. Bukunya ditolak distributor, dan setiap hari dibuntuti orang tak dikenal.
Karena itu, Syahrul memutuskan mendatangi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta untuk meminta perlindungan. "Saya merasa terancam," kata Syahrul yang ditemui di kantor LBH Jakarta, Selasa 25 Janurari 2011 siang.
Syahrul yang juga mantan Ketua Umum PB HMI-MPO, ditangkap pada 12 Januari lalu, saat mengantarkan empat buku berjudul : SBY Antek Yahudi-AS?, kepada seorang pembeli yang memesan via telepon di kawasan Senen. Pertemuan mereka sepakati pukul 17.00 WIB.
Satu jam sebelum waktu yang ditentukan, Syahrul sudah tiba. Merasa masih ada waktu luang, Syahrul melanjutkan perjalanan mengendarai sepeda motor ke kawasan Gunung Sahari, dia berniat mendatangi distributor buku yang biasa memasarkan buku hasil editannya Niaga Swadaya.
Di jalan menuju Gunung Sahari itu, Syahrul ditangkap. Syahrul dihentikan polisi yang sedang melakukan razia. Dia digeledah, di dalam tasnya ditemukan empat buku 'SBY Antek Yahudi-AS?' itu.
Syahrul lantas digelandang ke Kepolisian Sektor Kemayoran, di sana dia diperiksa selama 3 jam. Di dalam berita acara perkara (BAP), Syahrul disebut sebagai saksi. "Saya ditanyai macam-macam, seperti dari mana buku itu saya dapatkan?," cerita Syahrul.
Salah seorang penyidik, lanjut Syahrul, membentak dan mengancam akan melaporkan ke Pasukan Pengamanan Presiden. "Kalau saya laporkan ke Pasukan Pengamanan Presiden, kamu pasti diinjak-injak," katanya menirukan ucapan penyidik.
Sekitar pukul 19.30 malam, Syahrul dilepas. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Bekasi Timur, dia dikuntit tiga orang tak dikenal juga mengginakan sepeda motor. Penguntit baru menghilang saat dia mampir makan di warung depan Metropolitan Mal, Bekasi.
Hamluddin