Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Center for Electoral Reform (Cetro) menyatakan, penyederhanaan partai politik tak bisa dipaksakan. Kenaikan parliamentary treshold secara signifikan berdampak tingginya suara yang tak terwakili.
"Kalau masyarakat bisa memilah dan memilih partai terbaik dan partai politik benar-benar siap maka otomatis jumlah partai yang masuk DPR tak banyak," kata Direktur Eksekutif CETRO, Hadar Navis Gumay, dalam diskusi di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (25/11).
Sejumlah partai politik besar menginginkan ambang batas masuk parlemen dinaikkan dari 2,5 persen menjadi 5 persen. Pada pemilu 1999, terdapat 148 peserta pemilu. Pada 2004, partai peserta pemilu melonjak menjadi 237. Sedangkan, pada 2009 peserta pemilu 99 partai.
"Kami memperkirakan, bila naik menjadi 5 persen, belum bisa menyederhanakan partai," kata Hadar.
Suara yang hilang pada pemilu 2009 dengan parliamentary treshold 2,5 persen mencapai 19 juta. Angka itu sebanding dengan 18,3 persen dari 169.403.061 pemilih. Bila parliamentary treshold naik menjadi 5 persen dengan asumsi pemilih yang sama, suara yang terbuang 32,7 juta suara atau 31,5 persen.
Menurut Cetro, jumlah partai politik harus disederhanakan secara alami dan tidak terlalu tinggi. Sehingga, kelompok masyarakat yang ingin mendukung partai baru tetap terakomodasi. "Parliamentary treshold tidak perlu dinaikkan dari 2,5 persen," ujarnya.
Kurniasih Budi
Iklan
