TEMPO Interaktif, Jakarta -Satuan Tugas TNI Penanggulangan Bencana Merapi terus memperketat pengawasan di daerah rawan Merapi. Meski, aktivitas vulkanik Merapi mulai menurun. Satgas TNI terus berpatroli rutin selama 24 jam. Mereka bertugas menjaga di daerah yang masuk radius ancaman bahaya.
”Pasukan TNI juga bertugas mencegah penduduk yang berusaha masuk wilayah tersebut, serta membawa kembali penduduk ke tempat-tempat pengungsian," kata Kepala Penerangan Satgas TNI PB Merapi, Letnan Kolonel Arhanud Hari Mulyanto dalam siaran pers yang diterima Tempo, Ahad (21/11) .
Gunung Merapi yang meletus sejak 26 Oktober hingga kini masih menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Meski, mengalami penurunan. Kendati demikian, status aktivitas Gunung Merapi masih berada pada level Awas, dengan ancaman bahaya langsung berupa awan panas dan ancaman tidak langsung berupa lahar.
Adanya penurunan aktivitas Merapi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah mengubah radius ancaman bahaya Merapi. Di wilayah Sleman dari 20 kilometer menjadi 10 km (untuk daerah sebelah barat Kali Boyong). Dan 15 km (untuk daerah sebelah timur Kali Boyong). Sedangkan di wilayah Magelang dari 15 km menjadi 10 km. Serta di wilayah Boyolali dari 10 km menjadi 5 km. Adapun wilayah Klaten tetap di radius 10 km.
Mulyanto mengatakan, prajurit TNI yang bertugas menjaga daerah rawan Merapi tidak segan-segan melarang penduduk yang berusaha memasuki wilayah rawan tersebut. Apalagi warga negara asing atau relawan yang berusaha masuk ke radius ancaman bahaya Merapi. "Ini untuk mencegah adanya korban baru," ujarnya.
Selain berpatroli di daerah rawan Merapi, dia melanjutkan, Satgas TNI juga menggelar patroli di sepanjang aliran Sungai Boyong, Sungai Gendol, dan Sungai Kuning. Tujuannnya, mengecek dan menjaga keberadaan alat pantau (early warning system). Pengecekan alat pantau menjadi penting. Sebab alat pantau itu untuk mendeteksi adanya banjir lahar dingin akibat turunnya material gunung, yang saat ini menimbun aliran sungai yang bermuara di puncak Merapi.
MAHARDIKA SATRIA HADI