”Pemerintah SBY gagal,” kata Fiqi Akhmad, seusai Rapat Kerja Nasional BEM SI di Sanur, Rabu (21/7).
Menurut Fiqi, berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak mampu menjawab persoalan bangsa. Raker BEM SI ini juga menyoroti kenaikan tarif dasar listrik, konversi minyak tanah ke elpiji, tarif pendidikan yang makin mahal dan pemberantasan korupsi.
“Kita menggugat pemerintah, kenapa kita yang memiliki aneka sumber daya alam ternyata tidak mampu menyediakan listrik murah untuk rakyat,” kata Fiqi yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ini. Fiqi menyatakan, mahasiswa akan selalu mengingatkan pemerintah dengan kondisi bangsa seperti sekarang. “Yang paling penting, kesejahteraan rakyat adalah tujuan utama,” kata dia.
Dalam kesempatan ini Presiden Mahasiswa Universitas Udayana, Adji Prakoso menyatakan, berbagai permasalahan yang menimpa bangsa ini sudah seharusnya menyadarkan rakyat bahwa Pemerintahan SBY sudah gagal mengemban amanat rakyat. “Jika belum berhasil membawa Indonesia pada jalur yang benar, maka jalan untuk memperbaiki kondisi bangsa adalah menurunkan rezim yang berkuasa,” kata Adji.
Raker BEM SI juga membahas Indonesia pasca Undan-undang Badan Hukum Pendidikan yang dinyatakan inkonstitusional. “Pendidikan kita menjadi semakin berada pada ketidakpastian karena pemerintah tidak memiliki filosofi yang jelas tentang hakikat pendidikan,” kata Adji.
Raker BEM SI ini juga menghasilkan Deklarasi Bali yang menuntut pemerintah untuk bertanggungjawab terhadap kasus ledakan tabung gas elpiji, menolak kenaikan tarif dasar listrik, menurunkan harga sembako, memberantas korupsi dan menuntut SBY untuk bertanggungjawab atas dampak perdagangan bebas China-ASEAN.
Rapat Kerja BEM SI yang diselenggarakan pada 17-21 Juli di Sanur ini dihadiri lebih seratus perwakilan BEM di Indonesia. Beberapa BEM yang hadir antara lain Universitas Mulawarman, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sebelas Maret, Universtas Syahkuala Aceh dan Universitas Mataram.
WAYAN AGUS PURNOMO