TEMPO Interaktif, Padang — Wisatawan diminta berhati-hati bermain di pantai Padang, Sumater Barat, karena saat badai ombak besar sangat membahayakan.
Manajer Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Barat, Ade Edward mengingatkan agar pengelola obyek wisata pantai mengawasi pengunjung pantai agar tidak terjadi lagi korban tenggelam seperti 3 alumni SMA 1 Bukittinggi yang tewas tenggelam di Pantai Ulak Karang dua pekan lalu.
“Pada musim libur saat ini biasanya lokasi pantai baik lokasi wisata maupun bukan lokasi wisata, ramai dikunjungi wisatawan domestik, pantai berbahaya dijadikan tempat mandi ketika pergantian pasang surut dan naik sekitar pukul 11.00 WIB dan menjelang magrib, kemudian saat badai yang waktunya baru bisa terjadi beberapa saat sebelumnya," urai Ade Edward, Kamis (17/6).
Ia mengatakan pada musim libur ini, pantai Sumatera Barat juga mengalami musim angin barat yang menyebabkan ombak lebih besar dari biasanya. Musim angin barat akan berlangsung hingga November 2010.
Idealnya, kata dia, pengelola obyek wisata pantai menempatkan petugas yang bisa menjaga dan mengingatkan pengunjung. Sedangkan di pantai yang bukan obyek wisata, masyarakat sekitar dan lurah, nagari, atau RT agar mengingatkan pengunjung.
"Sebaiknya kita memiliki pengaja pantai seperti Baywacth, tapi belum bisa karena dana, namun di Badan Penanggulangan Bencana Daerah kami sudah membicarakan upaya pencegahan korban ini dengan meningkatkan patroli di pantai, terutama musim libur," kata Ade Edward.
Selain tiga korban tenggelam alumni SMA 1 Bukittinggi, hingga saat ini tiga warga Siberut, Mentawai, yang naik perahu tempel pada 8 Juni lalu juga masih hilang. Tim SAR sempat mencari dan menyusuri perairan Pesisir Selatan lokasi hilangnya ketiga korban selama dua hari dengan helikopter. Pencarian juga dilakukan dengan kapal. Namun tubuh ketiga korban tidak ditemukan.
Enam pemuda, dua di antaranya warga negara Srilangka yang akan surfing ke Mentawai nekat mengarungi perairan itu dari Pantai Purus Padang menuju Pulau Siberut, Mentawai, di tengah badai. Namun perahu mesin tempel yang biasa digunakan nelayan itu dihempas ombak dan tenggelam di perairan Pesisir Selatan.
Kedua warga Srilangka, Enden Graraja, 31 tahun, dan Jigen , 24 tahun, serta seorang warga Purus II bernama Rio Refendi, 19 tahun, berhasil diselamatkan kapal pukat nelayan.
Namun tiga lainnya, Windi Afriadi, 20 tahun, Nofri, 18 tahun, dan Adiana, 20 tahun, warga Siberut dinyatakan hilang.
Febrianti