Ketika tiba di lokasi, Bupati yang didampingi sejumlah pejabat, di antaranya dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tampak terharu. Matanya berkaca-kaca.
Di kandang ayam berukuran 3 x 4 meter, beratap terpal dan berdinding kayu bekas, itulah pasangan suami isteri itu menjalani hidupnya bersama ketiga anaknya, Luluk Agustina, Ulfia Nurafifah, serta Milda. "Bagaimana kalian bisa hidup di tempat seperti ini," kata bupati saat memasuki ’rumah’ tersebut.
Selain sempit dan sumpek, kandang ayam itu juga berfungsi sebagai kamar tidur, ruang tamu, dan dapur. Aroma kurang sedap sangat terasa. Apalagi tempat tinggal keluarga itu juga berdekatan dengan beberapa kandang ayam milik tetangganya.
Bupati Kholilurrahman mengajak Muslihah ke depan ’rumahnya’. Di hadapan bupati, Muslihah yang sedang hamil sembilan bulan mengaku bersyukur karena masih punya tempat berteduh. Selama ini mereka hidup menggelandang di emperan toko, dan lahan kosong. Dia juga mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah kecuali bantuan beras miskin (raskin) setiap empat bulan sekali.
Jangankan membangun rumah sendiri, Muslihah mengaku untuk hidup sehari-hari keluarganya masih serba kekurangan. Suaminya, Tamin, hanyalah kondektur truk panggilan dengan penghasilan Rp 50 ribu seminggu. Itu pun kalau ada yang harus diangkut truk. "Saya kerja nyuci pakaian orang untuk bantu suami," tuturnya.
Belum selesai berkeluh kesah kepada bupati, Muslihah mendadak sakit perut, seperti akan melahirkan. Muslihah segera dibawa ke bidan desa untuk diperiksa.
Setelah melihat kondisi rumah Muslihah, Bupati Kholilurrahman berjanji akan membangunkan rumah sederhana untuk keluarga tersebut. "Keluarga itu sudah punya sepetak tanah. Kami akan bangunkan rumah untuk mereka karena memang ada program bantuan untuk itu," kata bupati.
Kepada keluarga tersebut bupati memberikan bantuan, di antaranya beras, susu, sabun, serta selimut. Selain itu, bupati tampak menyerahkan amplop berisi uang. Tak disebutkan jumlahnya. Namun dari informasi yang diperoleh TEMPO, nilainya Rp 2 juta. Itu belum termasuk uang untuk modal usaha. MUSTHOFA BISRI.