TEMPO Interaktif, Kupang - Direktur Rumah Sakit Mata Cisendo, Bandung, dr Kautsar Boesoirie, mengatakan sedikitnya 21 ribu warga di Nusa Tengara Timur (NTT) menderita penyakit mata katarak. Pada umumnya penyakit ini diderita oleh orang yang lanjut usia.
"Kita asumsikan 1,5 persen dari jumlah penduduk adalah penderita katarak, sehingga dengan jumlah penduduk 2,4 juta jiwa, maka sekitar 21 ribu warga NTT yang katarak," kata dr Kautsar saat melakukan operasi katarak gratis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Johanis Kupang, Senin (17/5).
Menurut dia, 70 persen warga Indonesia menderita katarak. Namun, dengan jumlah 21 ribu tersebut, NTT belum termasuk daerah endemik katarak.
Penyakit katarak yang diderita ini, kata dia, disebabkan faktor gizi yang kurang dan usia yang semakin senja, karena 90 persen orang yang menderita penyakit katarak adalah orang lanjut usia. "Penyakit katarak ini didominasi oleh orang yang lanjut usia," kata dia.
Saat ini, ia bersama tim dokter yang didatangkan dari Bandung, Jawa Barat, oleh Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (Sikib) menjalani operasi katarak gratis bagi 200 warga Kupang.
Operasi katarak ini dilakukan di ruang operasi RSUD Johanis Kupang. Pada umumnya pasien yang menjalani operasi tersebut adalah orang lanjut usia.
Sementara itu, Wakil Direktur RSUD Johanis Kupang drRita Eny mengatakan, kasus katarak di NTT cukup tinggi. Bahkan, setiap harinya RSUD Johanis Kupang melakukan operasi katarak bagi lima orang.
"Cukup tinggi kasus katarak di NTT, sedangkan peralatan operasi yang digunakan kurang memadai," kata dia.
Dia berharap adanya bantuan dari pemerintah pusat melalui ibu-ibu menteri untuk diadakan alat operasi katarak, yakni Phaco. Dengan alat itu, kata dia, dalam sehari bisa dilakukan operasi hingga puluhan orang. "Dengan alat itu operasi katarak hanya membutuhkan waktu selama 10 menit," kata dia.
YOHANES SEO