Kesimpulan itu, kata dia, berdasarkan interpretasi saintifik dengan menganalisa hasil pengamatan sejumlah peralatan yang ditaruh di Desa Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Warga di seputaran desa itu sempat mendengar ledakan misterius yang terjadi berulang sejak 21 April lalu. Ledakan itu diikuti sejumlah peristiwa mirip gempa yang disertai suara gemuruh.
Menurut Gede, ledakan itu sendiri merupakan akibat dari gerakan tanah yang terjadi di bawah permukaan tanah di sana. Gerakan tanahnya sendiri dipicu oleh rembesan air akibat curah hujan tinggi yang menyelusup ke dalam zona lemah berupa rekahan di bawah permukaan akibat gempa yang melanda Jawa Barat, 2 September 2009 lalu. Gerakan tanah ini yang terasa sebagai goncangan mirip gempa oleh warga di tempat itu.
Gede mengatakan, air diduga menyelusup di antaranya lewat retakan lama yang sudah ada. Di antaranya, sebuah retakan sepanjang 10 meteran yang berada di kebun bambu milik warga di Desa Babakan Sirna, yang menurut warga di sana sudah ada sejak 2 tahun lalu.
Air akibat curah hujan tinggi sejak Januari lalu merembes ke bawah permukaan tanah lewat retakan itu. Gede mengatakan, diperkirakan butuh waktu sampai 2 bulanan agar air itu merembes mencapai zona lemah di bawah tanah yang menjadi sumber gerakan tanah itu. “Air itu mengubahnya menjadi tidak stabil,” katanya.
Salah satu rekomendasi lembaga itu di antaranya meminta warga agar menutup rekahan di kebun bambu yang ditemukan panjangnya mencapai 10 meteran itu dengan tanah lempung yang dipadatkan untuk menghambat air menyelusup ke dalam tanah. Warga juga diminta tetap waspada dan jangan panik.
Peristiwa ledakan misterius, serta getaran mirip gempaitu dirasakan oleh warga sejak 21 April lalu. Getaran terasakan paling kuat di Desa Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Hingga saat ini tercatat sudah 11 kali getaran mirip gempa yang dirasakan oleh warga di tempat itu.
AHMAD FIKRI