TEMPO Interaktif, Padang - Turis Malaysia yang biasa datang ke Bukittinggi, Padang, Sumatera Barat, kini beralih berwisata ke Bandung, Jawa Barat. Dari 1.500 wisatawan negeri jiran yang datang ke Bukiittinggi setiap bulan, kini hanya 40 persen yang berkunjung ke kota itu.
Wakil Ketua Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) Sumatera Barat B. Rafles mengatakan sejak gempa 7,9 Scala Richter pada 30 September lalu banyak turis Malaysia yang tidak mau lagi datang ke Bukitinggi. “Walaupun kami gencar promosi di Malaysia, tetap tidak mempan, saat menyebut Padang saja mereka langsung bilang “geger, takut geger, geger artinya gempa,” katanya, Ahad (25/4).
Turis Malaysia yang biasa ke Bukittinggi beralih minta paket ke Bandung. Kini, menurut Rafles, 50 persen travel agent yang mengelola turis Malaysia ke Bandung adalah travel agent dari Padang dan Bukittinggi.
“Akhirnya kita yang harus beralih mengantar mereka di Bandung, walaupun hampir tidak ada untung karena harus keluar ongkos untuk staf ke Bandung," ujar Rafles.
Namun, menurut dia, hal itu lebih baik daripada kehilangan pelanggan. "Karena kita sudah bertahun-tahun menjalin kerjasama dengan travel agent di Malaysia, kalau terputus, nanti mereka lupa dan bisa lupa juga ke Bukittinggi,” kata Rafles yang juga pemilik travel agen Tigo Balai Tours di Bukittinggi.
Ia mengatakan sebelum gempa besar lalu, travel agent miliknya membawa 3 bus besar turis Malaysia ke Bukittinggi setiap minggu, kini hanya 2 bus untuk satu bulan. Pesawat terbang dari Malaysia-Padang yang biasanya 2 kali sehari sekarang hanya satu kali sehari, dan hanya terisi separuh. “Itupun yang datang turis Malaysia yang masih punya leluhur di Bukittinggi, orang asli Malaysia tidak mau lagi, wisatawan dari Jakarta juga sekarang sudah jarang, biasanya menjelang liburan ini hotel di Bukittinggi sudah penuh,” kata Rafles.
Ia berharap pemerintah memperbaiki citra pariwisata di Sumatera Barat dan mengundang travel agent dari Jakarta dan Malaysia datang ke Sumatera Barat. "Agar mereka tahu pariwisata di Sumatera Barat tidak kena dampak apa-apa, kita juga sangat berharap dengan event balap sepeda internasional Tour de Singkarak Juni mendatang, ini kesempatan pemerintah untuk memperbaiki citra pariwisata di Sumatera Barat,” kata Rafles.
Febrianti