TEMPO Interaktif, Sidoarjo - Pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Amin Widodo menolak kawasan di sekitar tanggul pusat semburan lumpur Lapindo dijadikan wisata geologi. Sebab, tangul penahan lumpur rawan ambrol jika beban dan tekanannya terlalu besar.
Menurutnya, sekitar 1 kilometer arah barat tanggul di Porong dikategorikan daerah berbahaya. Sebab selama ini, kerap muncul bubble (semburan lumpur kecil disertai gas)di pemukiman warga. "Semburan belum berhenti, bisa terus berkembang dan melebar," ujarnya, Selasa (30/3).
Sebelum dijadikan pusat wisata geologi, ia meminta Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dan Pemerintah daerah melakukan penelitian. Kajian itu terutaman menyangkut kondisi dalam pusat semburan. "Bagaimana kondisi rongga di bawah, luasan dan kedalaman rongga," katanya.
Selain itu, BPLS harus memberikan peringatan dini kepada para pengunjung jika terjadi amblasan maupun kondisi berbahaya lainnya. Diantaranya dengan memasang papan peringatan serta alat pendeteksi penurunan permukaan tanah. Untuk menjegah korban jiwa lebih banyak.
Ia mengingatkan peristiwa tanah amblas di pusat semburan hingga meledakkan pipa gas PT Pertamina, 22 November 2006 lalu. Akibat peristiwa tersebut, sebanyak 13 korban tewas. Amin berharap peristiwa semacam ini agar tak kembali terulang. "Gagasan Presiden cukup menarik, tapi perlu dikaji lebih lanjut," ujarnya.
Baca juga:
Senin kemarin, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, berencana menjadikan kawasan semburan lumpur Lapindo menjadi pusat pendidikan dan wisata ekologi. "Jika dikelola maksimal akan mendatangkan kebaikan bagi semua," kata Presiden saat meninjau semburan lumpur di Porong Sidoarjo.
EKO WIDIANTO