TEMPO Interaktif, Jakarta -Sejarawan Tulungagung menemukan 157 fosil purbakala dari berbagai jenis. Fosil yang diduga sebagai sampah manusia purba atau Kjokken Maddinger ini diduga lebih tua dibandingkan manusia purba pertama Homo Wajakensis.
Penggalian dan penemuan fosil purba ini dilakukan oleh tim Kajian Sejarah Sosial dan Budaya (KS2B) Tulungagung. Dalam ekspedisinya di Dusun Mbolu, Desa Ngepo, Kecamatan Tanggung Gunung, Kabupaten Tulungagung, tim yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil menemukan jejak manusia purba zaman Mesolitikum. Benda pra sejarah ini diduga berusia antara 20.000 – 40.000 tahun sebelum Masehi. “Jika benar, fosil ini lebih tua dibandingkan Homo Wajakensis yang berusia di bawah 15.000 tahun sebelum Masehi,” kata Ketua KS2B Triyono saat menunjukkan fosil tersebut di Tulungagung, Kamis (25/2).
Fosil-fosil tersebut ditemukan di sepanjang aliran mata air di sebuah tanah berceruk yang tak jauh dari pemukiman penduduk. Dari hasil eksplorasi selama dua kali di tempat itu, mereka menemukan 157 fosil yang terdiri dari 41 fosil yang diduga tulang, 24 fosil terumbu karang, dan 92 fosil gastropoda. Fosil terakhir adalah makanan manusia purba yang terdiri atas siput, cangkang kerang, keong, dan tiram.
Triyono menjelaskan keberadaan sampah manusia purba ini menunjukkan adanya kehidupan di tempat itu. Hal ini dikuatkan dengan banyaknya mata air di kawasan itu yang menjadi sumber kehidupan mereka. Lokasi tersebut berada sekitar lima kilometer dari penemuan manusia purba pertama Homo Wajakensis di Dusun Cerme, Desa/Kecamatan Campurdarat, Tulungagung.
Saat ini Triyono dan kawan-kawan masih berusaha menemukan keberadaan goa dan alat-alat manusia purba. Sebab biasanya penemuan sampah purba atau Kjokken Maddinger ini tidak lepas dari goa sebagai tempat tinggal mereka serta perlengkapan sehari-hari.
Untuk memastikan kebenaran fosil-fosil tersebut, Triyono telah meminta bantuan peneliti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Dia berharap peneliti tersebut bisa mempelajari kandungan mineral di dalam fosil. Hal ini untuk memastikan masa fosil secara tepat. Saat ini fosil-fosil tersebut masih tersimpan di Sekeretariat KS2B setelah dilaporkan ke Dinas Pariwisata setempat.
HARI TRI WASONO