TEMPO Interaktif, Jakarta -Satu lagi buku tandingan “Membongkar Gurita Cikeas” tulisan sosiolog George Junus Aditjondro dengan judul “Cikeas Menjawab!” dilempar ke pasar per 7 Januari 2010.
Namun alumnus Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, Garda Maeswara selaku penulisnya membantah, jika penulisan dan penerbitan buku tersebut untuk mengkritik tulisan George.
Lantaran buku tersebut berisi soal tuduhan George serta bantahan dari pihak-pihak yang disebut-sebut George dalam bukunya. “Jadi hanya ingin menyajikan dua sudut pandang soal apa yang ditulis George pada masyarakat,” kata Garda, 25, saat ditemui di Kantor Penerbit Narasi di Perumahan Nogotirto Elok, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Kamis (7/1).
Garda yang mempunyai nama asli Lilih Prilian Ari Pranowo menjelaskan, bahwa buku tersebut berisi dua hal. Bab I-III berisi tentang kehebohan gurita Cikeas yang ditulis George, tentang George, juga motif tersembunyi di balik buku karya George tersebut.
Baru kemudian pada Bab IV-IX berisi tentang tanggapan pihak Cikeas, baik meliputi keluarga besar Soesilo Bambang Yudhoyono, SBY dan lingkungan poltiknya, tim sukses SBY, tak ketinggalan soal kasus Bank Century, juga yayasan-yayasan Cikeas.
Bahkan pada bab terakhir, yakni Bab X berisi soal tradisi korupsi yang belum berhenti. Sekaligus pembelaan terhadap SBY melalui sub bab yang berjudul upaya pemerintahan SBY memberantas korupsi. “Nggak ada titipan Cikeas,” bantah Garda.
Di sisi lain, Garda mengaku bahwa pengumpulan dan penulisan buku setebal 172 halaman itu dimulai pada tanggal 31 Desember 2009. Bahan-bahan yang dikumpulkan diambil dari hasil liputan di sejumlah media cetak dan elektronik yang diambilnya dari internet.
Juga sejumlah literatur, seperti bukunya George maupun bukunya sendiri yang berjudul “Biografi Politik Soesilo Bambang Yudhoyono” yang ditulisnya pada masa pemilihan umum 2009. “Memang tidak ada konfirmasi yayasan dalam buku ini, tapi hanya rangkuman dari pihak-pihak yang tidak terima,” kata Garda.
Bahkan meski Garda pernah menulis buku tentang SBY pada masa pemilu 2009 lalu, dia menolak dikatakan mengidolakan SBY. “Saya bukan pengagum SBY. Menurut saya, biografi SBY sebagai calon presiden waktu itu belum ada, jadi saya tulis karena punya nilai jual,” kata Garda.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi “Narasi” (yang menerbitkan buku tersebut), Yogaswara menjelaskan bahwa pihaknya tertarik menerbitkan buku tersebut karena buku itu menjelaskan dari dua sudut pandang. “Saya suka buku-buku George, jadi ada netralitas,” kata Yoga.
Meski demikian, Yoga tak mengelak jika penerbitan buku itu tak lepas dari perbincangan tentang buku George tengah marak. Bahkan dia meminta Garda untuk menyelesaikan buku tersebut dalam waktu empat hari saja.
Yoga khawatir, jika buku itu selesai ditulis dalam kurun 1-2 bulan, kemungkinan akan didahului buku tandingan lain, sehingga ketenaran buku Garda akan terabaikan. “Saya akui, kalau bukunya Geroge tidak ada, buku ini juga tidak akan ada,” kata Yoga.
PITO AGUSTIN RUDIANA