Adapun Hasto Kristiyanto menilai buku Merahnya Ajaran Bung Karno karya Airlangga Pribadi sebagai pedoman betapa pentingnya rakyat untuk berdaulat dan melawan ketidakadilan.
“Buku yang diilhami dari nilai-nilai perjuangan Bung Karno itu juga mengajarkan betapa pentingnya melawan ketidakadilan meski harus melewati jalan yang terjal,” kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat, 16 Agustus 2024.
Dia meyakini seluruh pemikiran Bung Karno mengandung nilai perjuangan tentang pembebasan rakyat. Sebab, kata dia, pemikiran Bung Karno memiliki desain membawa rakyat berdaulat, bukan untuk mengubah kedaulatan rakyat hanya menjadi kedaulatan bagi keluarganya sendiri.
“Untuk itu, tujuan kita adalah merombak struktur kekuasaan yang tidak adil, struktur kekuasaan yang desainnya adalah untuk kedaulatan rakyat, tapi telah diubah untuk keluarga. Ini yang harus kita lakukan perlawanan dari aspek intelektual hingga menjadi gerakan,” ujarnya.
Sementara itu, Airlangga Pribadi menyinggung gagasan yang muncul pada 1970an bernama theatre of the oppressed (teater kaum tertindas). Menurut dia, gagasan yang ditulis dramawan Brasil Augusto Boal itu menggambarkan perjuangan Bung Karno melawan penindasan penjajah untuk mendorong pembebasan. Dia menilai semangat itu kini sudah berbeda.
“Dalam teater itu, kalau kita dalam konteks perjuangan, maka akan melihat Bung Karno adalah tokoh yang mendorong pada proses pembebasan dan perubahan sosial," ujar Airlangga.
Dia menyebutkan Bung Karno sebagai tokoh theatre of the oppressed yang melibatkan rakyat untuk turut membangun tanah air dan seisinya, bukan sebagai penonton saja. “Mereka (rakyat) tidak diam, mereka bagian dari teater pembebasan,” tuturnya.
Pilihan editor: Respons Muhammadiyah Soal Konflik antara PKB dan PBNU