Respons RK soal survei merosot di Pilkada Jakarta
Dalam kesempatan itu, RK juga merespons soal elektabilitasnya yang merosot berdasarkan survei untuk Pilkada Jakarta 2024. Ia mengatakan, agar tak mengukur takdir berdasarkan hasil survei yang beredar.
"Namanya elektabilitas itu naik turun kan," kata mantan Wali Kota Bandung itu.
Ia pun bercerita pernah mendapatkan elektabilitas 6 persen dua bulan sebelum Pilkada Kota Bandung pada 2013 silam. Namun, katanya, elektabilitasnya kembali meroket hingga akhirnya memenangkan pertarungan di Pilkada Kota Bandung itu.
"Jadi, tidak bisa mengukur takdir dengan survei hari ini," ujarnya.
RK mengatakan, seseorang yang punya elektabilitas tinggi saat ini belum tentu akan memenangkan kontestasi Pilkada, begitu pula sebaliknya.
"Hari ini tinggi belum tentu menang, hari ini rendah belum tentu juga kalah. Poinnya sekarang tidak usah terlalu ngomongin elektabilitas," ujarnya.
Nama RK digadang-gadang Koalisi Indonesia Maju maju di Pilkada Jakarta. RK disodorkan untuk menghambat laju Anies Baswedan yang bakal maju lagi di Pilkada Jakarta.
Namun berdasarkan survei, nama RK justru unggul di Jawa Barat, wilayah yang pernah dipimpinnya selama lima tahun lalu. Ia diperkirakan akan berat melawan dominasi Anies di Jakarta.
RK mengatakan, perebutan suara pemilih di Pilkada Jabar maupun Jakarta belum dimulai.
"Yang sekarang dilakukan itu menghitung koalisi, nah perhitungan itu masih dihitung khusus Jawa Barat dan DKI belum diputuskan, karena masih lobi-lobi," jelasnya.
Oleh sebab itu, dia akan tetap berikhtiar untuk meningkatkan elektabilitasnya di Jakarta.
"Namanya ikhtiar mah harus dilakukan, itu tugas manusia. Takdir Allah, ya nanti di hari-H," kata dia.
Pilihan Editor: Namanya Redup di Bursa Pilgub Jakarta, Ridwan Kamil: Jangan Ukur Takdir dari Survei