TEMPO.CO, Jakarta - Narasumber yang pernah bertemu Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pimpinan Egianus Kogoya membeberkan lokasi pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens yang disandera berpindah-pindah.
Kelompok itu berpindah-pindah lokasi untuk menghindari penyisiran operasi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ditemui Tempo di Jakarta pada Senin, 17 Juni 2024 dia menceritakan salah satu pengalaman berpindah-pindah sekitar Oktober 2023 saat TNI melakukan operasi di kawasan Nduga. Philip dan Egianus melarikan diri, kejadian itu juga menyebabkan satu warga sipil tewas tertembak.
Kejadian itu membuat Egianus memberikan senjata laras panjang untuk pegangan Philip serta menawarkan untuk mengajari pemakaiannya. Egianus berharap pemberian laras panjang itu supaya Philip bisa menyelamatkan diri ketika berada di posisi serupa. Namun, Philip menolaknya.
Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom membenarkan bahwa lokasi Philip berubah-ubah. "Ya mungkin benar karena operasi penyisiran pasti dilakukan di sana," kata Sebby dihubungi Tempo melalui saluran telepon pada Selasa, 18 Juni 2024
Lokasi Philip disandera yang berubah-ubah juga dibenarkan oleh Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri pada Jumat, 5 April 2024. Dia menyebut lokasi penyanderaan berada di medan yang sulit dijangkau.
Fakhiri mengatakan upaya pembebasan sandera masih tetap mengedepankan negosiasi dengan memberikan ruang kepada tokoh masyarakat, agama, dan keluarga untuk mendekati Egianus agar mau melepaskan sandera dalam keadaan selamat.
Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens disandera sejak tanggal 7 Februari 2023, sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Fakhiri menyebut penjabat Bupati Nduga sudah bertemu dengan Egianus, namun apa hasil pembicaraannya masih menunggu informasi. "Kami masih menunggu informasi lanjutan terkait pembicaraan yang dilakukan dengan kelompok Egianus, " kata Fakhiri.
Fakhiri berharap, Egianus Kogoya mau segera melepaskan sandera dalam keadaan sehat dan selamat tidak kurang apa pun. "Negosiasi bisa saja dilakukan, namun yang terpenting tidak meminta kemerdekaan dan senjata atau amunisi," kata Fakhiri dikutip dari Antara.
ANTARA
Pilihan Editor: Egianus Kogoya Disebut Bakal Bebaskan Pilot Susi Air Tanpa Tuntutan Politik