TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Guntur Romli mengatakan keengganan Kapolda Jawa Tengah Irjen Ribut Hari Wibowo dan Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana yang enggan menyalami Andika Perkasa adalah untuk merendahkan.
“Upaya untuk merendahkan Pak Andika,” kata Guntur saat dihubungi Tempo melalui aplikasi percakapan WhatsApp pada Jumat, 27 September 2024.
Keengganan Kapolda dan Pj gubernur Jawa Tengah bersalaman dengan Andika itu viral di media sosial. Momen itu terjadi usai acara pengambilan nomor urut calon di gedung KPU Jawa Tengah, Senin, 23 September 2024.
Guntur mengatakan bahwa perilaku kedua pejabat publik Jateng itu merupakan hal fatal dalam tata krama Jawa. Ia pun menyerahkan kepada warga Jawa Tengah untuk menilai perbuatan tersebut.
Ia menambahkan, perbuatan tersebut bisa berujung pada penangguhan jabatan. “Kalau pemerintah sadar, harusnya Pj Jateng & Kapolda Jateng dicopot dari jabatannya,” kata Guntur.
Bersamaan dengan itu, Guntur juga menyampaikan dugaannya bahwa sikap enggan membalas salaman itu disebabkan karena Kapolda dan Pj Gubernur Jateng memiliki hubungan dengan cagub Jateng yang menjadi lawan Andika Perkasa, yakni Ahmad Luthfi.
“Isu yang muncul kan Pj gubernur Jateng dan Kapolda Jateng ini kan satu kelompok dengan cagub Ahmad Luthfi,” kata Guntur.
Terkait dengan kejadian yang terekam dalam video yang diunggah oleh akun media sosial TikTok itu, Guntur mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menerima sinyal komunikasi dari Kapolda dan Pj Gubernur itu perihal kejadian yang terjadi. “Setahu saya belum ada,” sebut Guntur.
Sementara itu, muncul video dari akun berbeda di media sosial TikTok bernama @rachmad_darmawan yang mengunggah video yang sama dengan akun @paijo.jateng, tetapi memiliki narasi berbeda.
"Padahal koyone adem ayem kabeh, ojo gawe ontran ontran lah (Padahal kayaknya adem ayem semua, jangan buat keributan, lah)," tulis pemilik akun @rachmad_darmawan dalam keterangan unggahannya itu, dikutip Kamis, 26 September 2024.
Ada beragam reaksi komentar dari warga internet terhadap video tersebut. Sejumlah akun berkomentar agar menyambut Pilkada secara dewasa, aman, dan damai. Tampak pula segelintir akun yang mengapresiasi sikap Kapolda Jateng, hingga dukungan terhadap Andika Perkasa.
Menyoal akun TikTok dan video dengan komentar positif itu, Tempo mendapatkan informasi berupa pesan perintah yang beredar di grup-grup aplikasi percakapan WhatsApp yang dikirimkan oleh Kabid Humas Polda Jawa Tengah. Pesan itu ditujukan kepada pejabat utama Polda Jateng dan Kapolres/ta/tabes jajaran Polda Jateng.
Dalam pesan perintah itu, Polda Jateng meminta agar para jajaran wajib berkomentar dengan narasi yang positif dan natural. Selain itu, ada pula perintah agar jajaran polisi di Jateng membagikan video balasan tersebut.
Temuan Tempo berupa pesan perintah ini dikonfirmasi oleh Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Artanto. Kepada Tempo, ia mengonfirmasi bahwa pesan perintah untuk memberikan komentar dengan narasi positif terhadap video balasan itu.
"Saya selaku Kabid Humas mempunyai kewajiban moral untuk meluruskan berita hoaks yang terjadi," katanya ketika dihubungi, Kamis, 26 September 2024.
Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Jokowi Berkali-kali Sebut Ide Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta Digagas Sejak Era Sukarno